Sabtu, 10 Juli 2010

Ketika aku main gila dengan seorang room boy

Aku baru saja olah raga pagi. Seperti biasa aku olahraga pagi hanya mengenakan kancut minim yang berfungsi sebagai jockstrap [supporter] yaitu pencegah kondor [burut, hernia].

Banyak kancut dan jockstrap yang disukai cowok homosex.Disainnya bagus, minim, maximum exposure dan berlabel [misalnya merk Calvin Klein].Sayang-nya di Indonesia tidak dipasarkan. Sehingga aku terpaksa pesan dari luar negeri untuk memuaskan nafsu homosex-ku mengenakan kancut-kancut minim -nyaris telanjang bulat! Jika mengenakan kancut minim aku merasa seperti tidak pakai apa-apa : telanjang!

Dengan kancut yang minim dan disain rendah itu, mau tak mau sebagian dari jembutku yang hitam dan tumbuh luas itu tampak sebagian dan seakan menyambung dengan pertumbuhan bulu-bulu halus yang ada di perutku!
Saat itu hari masih pukul 06:30. Karena sejak subuh gerimis, aku tidak jogging di luar, tapi hanya lari di tempat sekitar 30 menit dan aku juga baru saja push up dan sit up masing-masing 500 kali serta melatih jurus-jurus karate!Kalau mau aku juga bisa latihan beban di fitness center tapi tentu saja aku tidak bisa berpakaian minim nyaris telanjang bulat seperti di kamar hotel!

Dengan gerakan intens seperti itu, tubuhku jadi bercucuran keringat.Sekali-sekali aku melirik ke cermin.Dengan tubuh yang basah dan berkilat oleh keringat itu lekukan otot-otot di tubuhku jadi tampak makin nyata. Aku bangga dengan tubuhku yang ketat dan atletis itu!

Meskipun tubuhku bercucuran keringat Aku tidak mencium bau keringat atau bau ketiak, karena aku rajin menjaga kebersihan diriku dengan memakai medicated powder anti-bau buatan luar negeri! Aku memang tidak tahan bau yang tak sedap. Oleh karean itu walaupun aku cowok homosex, tapi aku tak suka pada cowok yang bau ketek meskipun dia ganteng!

Sambil memperhatikan tubuhku sendiri bagaikan seorang “narcist” [orang yang terangsang secara seksual pada bayangan tubuhnya sendiri di dalam cermin],aku juga sekali-sekali mengangkat kedua lenganku keatas untuk melihat kedua belah ketiak-ku. Aku lebih menyukai ketiakku bersih dari bulu ketek. Oleh sebab itu aku rajin mencabuti bulu ketek dan juga merapikan pertumbuhan jembut,agar kalau aku telanjang bulat tetap enak dilihat.

Sebagai seorang perwira militer yang bertugas di suatu pasukan elite[khusus] sebetulnya aku sudah memiliki segalanya : wajah yang tampan, tubuh yang atletis ketat berotot,kontol yang besar dan disunat ketat [high and tight],otak yang cerdas, gerakan yang terampil, kualifikasi penerjun dan komando dan banyak lagi lainnya. Kekuranganku hanya satu [kalau itu boleh dianggap kekurangan atau “kelemahan”], yaitu bahwa aku terlahir sebagai homosex tulen 100% dengan score-5 yang artinya tidak terpikat sedikit pun secara sexual pada lawan jenis!

Saat kejadian itu aku baru dua tahun bertugas sebagai perwira aktif. Sebagai perwira muda remaja tentu saja libidoku sedang dalam kondisi puncak dan sedang hot-hot-nya. Tak heran jika aku memerlukan penyaluran dan pelampiasan nafsu sex-ku. Sebagai homosex, tentu saja aku harus mencari partner sejenis dan di hotel bintang-5 banyak cowok ganteng!Kalau di Jakarta aku sering berburu cowok di hotel “M”.Di sana banyak satpam dan security officer yang kekar, ganteng dan berkulit terang, sehingga terkesan bersih!

Waktu itu aku menginap di sebuah hotel bintang-5 di Bali.Aku minta izin dari Komandan-ku untuk ke Bali dengan alasan mau menengok keluarga. Memang betul aku punya keluarga di Bali. Tapi untuk apa aku menengok mereka? Aku ke Bali untuk relax dan menenangkan pikiran! Aku tidak menyalahi aturan dan tidak melanggar disiplin militer,karena aku dapat izin dari Komandan dan kebetulan waktu itu ada libur panjang resmi [cuti bersama].

Meskipun sebagai perwira gajiku kecil [walaupun sudah ditambah ULP=Uang Lauk Pauk],tetapi karena aku masih mendapat uang saku dari orang tuaku yang lumayan kaya [ayah dan ibuku punya usaha], aku mampu untuk jalan-jalan ke Bali dan menginap di hotel bintang-5 [five star hotel].

Aku anak tunggal, sebetulnya orang-tuaku tidak setuju aku jadi tentara. Tetapi karena tekadku sudah bulat, beliau berdua akhirnya mau juga mengizinkan aku masuk akademi militer.

JEFFRY SANG ROOM BOY

Ketika aku sedang melakukan pendinginan di kamar hotel itu tiba-tiba bel di pintu berbunyi dan :

“Room service”,

terdengar suara bell boy di depan pintu. Semalam sebelumnya aku memang pesan agar makan pagi diantar ke kamar. Ini pasti room boy atau bell boy yang mau mengantar sarapan.

Aku mengambil salah satu dari tiga botol minyak wangiku yang ada di meja dan aku menyemprotkan sebanyak-banyaknya ke tubuhku. Sehingga seakan-akan aku baru mandi minyak wangi.Mau tidak mau kamar itu jadi semerbak bau parfum begitu juga tubuhku jadi harum sekali.Tanpa mencoba menutupi tubuhku yang hanya mengenakan kancut amat minim dengan pola “maximum exposure” [memperlihatkan bagian tubuh sebanyak-banyaknya] dan aku dalam keadaan bercucuran keringat - pintu aku buka!

Melihat aku hanya berkancut, nyaris telanjang, room boy yang berwajah ganteng itu tanpa ragu masuk ke kamar. Mungkin juga dia sudah terbiasa menghadapi tamu hotel yang nyaris telanjang bulat. Terutama turis-turis bule yang kalau berada di kamar mereka sering hanya berkancut saja atau bahkan benar-benar telanjang bulat :

“Permisi, Pak.” katanya,dia membawa nampan yang berisi makan pagi.

“Ditaruh di atas meja saja”, kataku.

“Baik,Pak” jawabnya.

Seperti umumnya para room boy dan satpam dihotel bintang-5 itu, room boy ini juga ganteng! Tubuh-nya tinggi, ramping tetapi dia berdada bidang dan bentuk tubuhnya atletis. Tampak dia berusaha untuk bersikap tidak memperhatikan tubuhku yang nyaris telanjang bulat itu.

Aku sengaja memilih hotel bintang-5 itu untuk tempat menginap karena di situ banyak room boy dan security officer [satpam] yang ganteng dan bertubuh kekar!

Aku lirik papan namanya : “Jeffry”.Namanya mirip Bang Jeffry seniorku diakademi militer yang jadi favoritku. Karena waktu itu Bang Jeffry adalah taruna senior yang paling tampan dan cerdas,juga terkenal sadis kepada taruna yunior. Aku paling suka cowok yang tampan, atletis, sadis dan juga suka menyiksa!Aku terangsang melihat kegantengan Jeffry dan juga tubuhnya yang atletis.

Aku tersenyum kepada Jeffry, dia tampak salah tingkah - tapi dia membalas dengan senyuman.Aku minta receipt[bill] untuk aku tanda tangani. Dia menyerahkan dengan sopan di atas nampan kecil tempat bill, beserta ball pointnya. Sebetulnya breakfast included dalam tarif hotel itu, tapi aku memesan makanan lain, karena itu aku harus membayar dan juga memberi tip kepada room boy!

Sambil menanda-tangani bill aku berpikir cepat. Apakah sebaiknya Jeffry aku cabuli atau tidak. Aku teringat satu peristiwa saat seorang menteri Indonesia[Joop Ave]dilaporkan mengganggu seorang room boy di New Zealand dan menjadi berita besar di media masa. Kalau Jeffry aku cabuli apakah nanti aku jadi berita besar? Aku perwira pasukan khusus yang mencabuli seorang room boy?

Tetapi setan terlanjur sudah mempengaruhi aku agar memanfaatkan “peluang emas” itu! Maka aku pun mulai bertindak.

Nampan kecil berisi bill aku letakkan di atas meja di dekat situ dan aku tarik tangan Jeffry - lalu dengan tubuhku yang penuh peluh dan nyaris telanjang bulat,tetapi harum mewangi bau parfum itu, aku peluk Jeffry dan aku pegang belakang kepalanya agar aku bisa melumat bibirnya yang merah merona, tapi ranum dan amat kelaki-lakian itu.Aku dan Jeffry hampir sama tinggi dan ukuran tubuh kami sepadan. Karena itu aku bisa leluasa menciuminya. Aku lepaskan kenyotan bibirku di atas bibirnya dan aku ciumi lehernya yang putih dan kekar. Agh! Nikmat!! Jeffry menyerah saja. Agaknya dia juga menikmati permainan romantis yang sejenis itu! Meskipun kemudian dia berkata :

“Pak Jangan….Nanti saya dipecat”, tapi aku tak perduli.Mulutnya yang sedang menyebutkan kata-kata dengan lirih itu aku sumpal lagi dengan lumatan bibirku!Agh!Nikmat rasanya melumat bibir lagi-laki yang tampan,jantan dan rupawan seperti Jeffry! “Kapan lagi,” pikirku!

Meskipun sempat mengatakan “jangan” tapi Jeffry tidak melawan, dia seperti pasrah saja. Karena itu aku makin menggila dan bernafsu! Aku “bawa” dia berbaring ketempat tidur single-bed itu.

Lalu aku lepaskan pakaiannya satu demi satu : rompi hitam dan baju putih seragam, lalu celana luar seragam warna hitam, sampai akhirnya dia hanya mengenakan kancut saja!Jeffry tampak amat jantan dengan dia hanya mengenakan kancut warna hitam. Kontras dengan warna kulitnya yang putih!

Pelahan aku pelorotkan kancutnya ke bawah sampai terlepas di arah kakinya melewati tungkainya yang berbulu halus : Indah!, dan terasa amat kelaki-lakian!

Setelah kancutnya dilepas maka tampaklah kontol, biji peler dan jembutya! Jeffry sudah telanjang bulat!Kontol Jeffry tampak besar,mulai menegang dengan latar belakang hamparan jembutnya yang lebat, hitam dan tumbuh luas! Jeffry cowok hebat dan lelaki sejati!Tampak amat sangat jantan!

Pasti Jeffry bukan orang Bali, karena kontolnya disunat ketat [high and tight]! Jantan dan indah seperti model gay di situs-situs cabul internet!

Jeffry punya tubuh yang bagus dengan lekukan otot yang indah, kulitya yang putih dan wajahnya yang belia serta tampan itu sangat rupawan dan merangsang dalam ketelanjanganya. Apalagi aku melihat bulu keteknya yang hitam, kontras dengan otot lengannya yang putih dan kekar itu, bagiku terasa amat merangsang!

Kontolku makin ngaceng dan terasa agak sakit karena kancutku sangat minim dan ketat. Tetapi kemudian kontolku yang menggembung itu terasa bertambah nikmat!Kancutku segera aku tanggalkan, sehingga kontolku makin terasa nikmat dan juga kencang, setelah bebas dari kungkungan kancut minim itu,kontolku bisa dengan leluasa mengacung ke atas bagaikan sebuah sangkur yang terhunus! Ta’i!

Jeffry terbaring terlentang, kedua tangannya di samping badannya,kontolnya yang mengacung itu seperti “terjatuh” di arah jembutnya.Lalu kontol Jeffry aku ambil dan aku main-mainkan! Aku elus elus bagian bawah kepala kontolnya bekas tempat frenulum yang tampak sudah dipotong waktu Jeffry disunat dulu! Kontol Jeffry aku gosok-gosok aku rangsang,lobang kencingnya yang basah oleh mazie [pre-cum]itu aku raba-raba dengan telapak tangan-ku. Jeffry menggelinjang, mungkin merasa nikmat dan perih sekaligus bercampur-baur karena lobang kencingnya tentu sensitif! Telapak tanganku jadi terasa licin dan lengket oleh mazie Jeffry!

Tanganku pun tak mau sia-sia, aku jelajahkan ke jembut,lalu kedua puting susunya aku main-main-kan, aku pelintir dan aku tekan-tekan. Nikmat sekali! Lobang pantatnya juga aku sodok-sodok dengan jari telunjukku.Tapi poros ususnya kosong tidak berisi ta’i! Lalu jemariku juga mengobok-ngobok kedua belah ketiaknya yang berambut dan terasa basah oleh keringat!

Jeffry menggeliat, dia tersenyum.Aku makin gemas dan kontol Jeffry Si Room Boy itu lalu aku kocok-kocok. Jeffry seperti menggumam: Hhhh Hhhh Hhhh, MMMPH MMMPH MMMPH! Mungkin marasa amat nikmat!

Tiba-tiba : CROOOOOOOOOT!CROOOOOOOOOT!CROO OOOOOT! CROOOOOOOOT!CROOOOOOOT!CROOOOO OOT!CROOOOOOOT!, pejuh Jeffry muncrat. Banyak sekali seakan tak akan pernah berhenti. Pejuhnya tercecer di perut dan jembutnya…..

JEFFRY AKU ENTOT

Melihat Jefry memancarkan pejuh, aku jadi merasa berhak juga mendapat kenikmatan. Karena itu aku berdiri dan dalam keadaan Jefrry masih berbaring terlentang dan nanar sehabis mengeluarkan pejuh, aku angkat kedua tungkainya dan aku lebarkan sehingga aku menampak lobang pantatnya. Lalu aku sodokkan kontolku yang sudah kencang,tegang,dan merah ungu berkilat-kilat kepalanya itu kedalam lobang pantat [bool] Jeffry !

Tanpa ampun aku sodokkan kontolku ke lobang pantat Jefrry. Jeffry seperti kaget mengejang, aku jadi makin tambah bernafsu dan aku hajarkan kontolku semakin jauh ke dalam lobang pantatnya, sehingga Jeffry tampak menyeringai kesakitan dan merintih :Aagh! Aagh! Terkaget-kaget setiap kali kontolku aku sodokkan ke lobang pantatnya yang sempit itu!Tapi aku tak peduli!Aku maju mundur-kan kontolku sambil terus merojok boolnya sampai akhirnya aku merasa sudah akan mencapai puncak syahwat!

Kontol Jeffry yang belum sepenuhnya layu itu tampak mengeras lagi dan kepala kontolnya mulai berkilat, sedangkan lobang kencingnya seakan menganga seperti mulut ikan. Mungkin juga dia terangsang lagi dan merasa nikmat karena kontol-ku merojok kelenjar prostatnya! Dengan tanganku, kontol Jeffry aku elus-elus dan aku kocok-kocok lagi. Jeffry menggeliat, kedua puting susunya tampak tegang melenting. Hal ini menunjukkan bahwa nafsu Jeffry sudah bangkit lagi! Jeffry melenguh lagi seperti kerbau : MMMMPH MMMMPH MMMMMPH!

“Siapa tahu pejuh Jeffry masih bisa muncrat lagi”,demikian pikirku!Aku terus mengocok kontol Jeffry dengan intens dan Jeffry menggeliat serta menggelinjang, pasti dia merasa teramat nikmat!

Tetapi aku tidak bisa menahan desakan pejuh di ujung lobang kencingku lagi, dan akhirnya : CROOOOOOT! CROOOOOT!CROOOOT!.Pejuh aku keluarkan di belahan pantat Jeffry…….!

Sambil memuncratkan pejuhku, aku tidak henti-hentinya mengocok kontol Jeffry dan ….beberapa detik setelah pejuhku muncrat, pejuh Jeffry juga muncrat untuk kedua kalinya : CROOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT! Pejuh Jeffry berceceran di dada, perut dan juga jembutnya. Indah sekali! JANTAN!!!

Selesai melepaskan pejuh,aku berbaring disamping Jeffry sambil telanjang bulat.Aku pegang tangan-nya dan aku remas jemarinya. Aku mau menunjukkan bahwa aku sayang Jeffry. Lalu aku bangkit dan berjalan mengambil uang US $ 100,- dari dompetku. Aku selipkan di jemari Jeffry yang juga kekar dan hangat itu.Lalu aku bisikkan ke telinganya :

“Aku sayang Jeffry”

Aku masuk kamar mandi untuk mandi junub dan membersihkan badan.Waktu aku keluar kamar mandi, Jeffry sudah berlalu! Jeffry sempat merapikan tempat tidur yang berantakan akibat jadi tempat main cabul tadi!

Rupanya Jeffry membersihkan pejuhnya yang tadi berceceran di badannya dengan tissue. Di tempat sampah yang sebelumnya kosong,aku lihat tumpukan kertas tissue yang tampak basah dan penuh dengan lelehan pejuh!

ANTICLIMAX

Aku makan pagi sendirian dengan lahap,karena aku lapar, barusan olahraga yang intens dan main sex dengan cara mencabuli Jeffry! Aku mulai sadar lagi bahwa adalah aku seorang perwira pasukan elite!

Tiba-tiba aku teringat peristiwa New Zealand! Bagaimana kalau Jefrry mengadukan perbuatanku? Mukaku mau ditaruh dimana? Karena itu aku cepat-cepat makan dan berkemas! Setelah itu aku cepat-cepat check out, membayar kamar, lalu aku kabur dari hotel bintang-5 itu, mencari hotel bintang-5 lain!

Simpanan Mama

Mamaku itu memang hebat. Di usianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan Mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan Papaku setahun yang lalu.

Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan, mana bisa memenuhi kebutuhanku yang doyan hura-hura. Jangankan membelikanku mobil, sepeda motor aja Papa enggak bisa. Dua orang adikku juga memilih tinggal bersama Mama. Sama sepertiku, mereka juga doyan hura-hura. Ngabisin duit Mama yang aku enggak tahu gimana caranya, selalu saja ada. Apa yang kami minta selalu bisa dipenuhinya.

Namaku Tomi. Semester enam fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta yang beken di Jakarta. Adikku Mimi. Juga kuliah di fakultas ekonomi satu kampus denganku. Tapi dia masih duduk di semester dua. Adikku yang paling kecil, Toni. Dia masih kelas tiga SMU.

Dari kecil selalu hidup bergelimang harta, dari penghasilan Mamaku, membuat kehidupan glamour sangat melekat pada diri kami. Masing-masing kami dibelikan Mama mobil sebagai alat transportasi. Uang jajan tak pernah kurang. Karena itu aku dan adik-adikku tak pernah protes dengan apapun yang dikerjakan oleh Mamaku. Aku dan adik-adikku selalu kompak membela Mama. Termasuk saat bercerai dengan Papa. Padahal sebab perceraian kedua orangtuaku itu adalah jelas-jelas karena kesalahan Mama. Papa menangkap basah Mama sedang pesta sex dengan tiga orang gigolo muda di hotel!

Meski begitu, aku dan adik-adikku tetap aja kompak membela Mama. Soalnya belain Papa juga enggak ada untungnya. Lagian kelakuanku dan adik-adikku juga enggak beda-beda amat sama Mama. Aku dan Toni pernah bawa perek ke rumah. Si Mimi tahu tentang hal itu dan dia sih santai-santai aja. Soalnya dia juga sering bawa cowok ganteng ke kamarnya.

Setelah bercerai, rumah kami yang megah jadi seperti rumah bordil aja deh. Mama, aku, Mimi, dan Toni, rutin bawa partner sex kemari. Karena kami sama gilanya, jadi asyik. Kalau waktu ada Papa enggak asyik. Papa suka rese. Meski tak bisa memarahi kelakukan binal anak-anaknya, tapi Papa suka ngomel atau ngasih nasehat. Huh, menyebalkan aja Papaku itu.

Dari banyak cowok, si Willy yang paling sering dibawa Mama ke rumah. Dia tuh, kayak suami baru Mama aja jadinya. Hampir tiap hari dia ada di rumah. Paling kalau Mama lagi bosen dan ingin cari variasi pasangan lain, barulah dia ngibrit dari rumahku, balik ke kostnya.

Karena seringnya si Willy di rumah, aku dan adik-adikku jadi akrab dengan dia. Apalagi usianya enggak jauh dariku. Dia juga masih kuliah. Umurnya hanya lebih tua dua tahun dariku. Obrolan kami nyambung. Tentang apa saja. Otomotif, sport, musik, dan pasti ngesex. Hehe. Bisa dibilang, si Willy ini piaraan Mama. Segala biaya hidupnya, Mamaku yang nanggung.

Si Mimi paling senang dengan keberadaan Willy di rumah. Piaraan Mama itu dimanfaatinnya juga buat muasin nafsunya yang binal.

"Habisnya si Willy itu ganteng banget sih. Macho. Mana bodinya oke banget lagi. Belum lagi kontolnya. Gede banget Tom. Ngesexnya gila-gilaan. Pantes aja Mama paling demen ama dia dibandingin ama gigolonya yang lain," kata Mimi padaku suatu hari. Dasar nakal. Dasar maniak tuh si Mimi.

Mendengar cerita si Mimi tentang kontolnya si Willy membuatku penasaran juga. Eits. Jangan salah sangka dulu men. Aku bukan gay. Jelas-jelas aku cowok straight. Cuman, dengar ukuran kontol orang sampai 28 sentimeter kan jelas bikin penasaran. Jangankan aku, cowok lain pasti juga penasaran. Gila aja kontol bisa segede itu!

Selama ini kupikir kontolku sudah paling gede. Panjangnya sekitar delapan belas senti. Susah-susah lho, cari kontol sepanjang punyaku ini di Indonesia. Ternyata punya si Willy malah lebih gila. sampai 28 senti men, selisih sepuluh senti dari punyaku. Ambil penggarisan deh, liat dari titik 0 senti sampai 28 senti, panjang banget kan ukuran segitu.

Meski penasaran, enggak mungkin kan aku permisi ke dia buat liat kontolnya. Gila aja. enggak usah ya. Pernah kepikiran buatku untuk ngintip dia saat ngentot dengan Mamaku atau si Mimi. Tapi males ah. Ngapain juga ngeliat saudara kandung sendiri ngentot. enggak ada seru-serunya. Entar aku jadi incest lagi. Bikin berabe aja.

Namun, yang namanya rezeki memang enggak kemana. Waktu itu malem hari. Hampir dini hari malah. Aku baru pulang. Biasalah, ngabis-ngabisin duit Mama. Semua orang sudah tidur kayaknya. Kerongkonganku rasanya kering banget. Haus. Aku langsung ke dapur, ingin ngambil minuman dari lemari es.

Pas aku nyampe di dapur aku terkesima. Kulihat Mama sedang berbaring telentang di atas meja makan kami. Pakaian atasannya terbuka memamerkan buah dadanya yang masih kencang dan besar. Sementara bagian bawah tubuhnya tak menggenakan penutup apa-apa. Sekitar memeknya yang penuh jembut lebat kulihat belepotan cairan putih kental sampai ke perutnya. Banyak banget. Mama tak sadar dengan kehadiranku, karena saat itu ia sedang memejamkan matanya sambil mendesah-desah.

"Ngg.. Enak banget Will," katanya dengan suara mendesis. Rupanya dia baru aja dientot sama si Willy di atas meja makan itu.

Aku segera mengalihkan tatapanku dari tubuh Mamaku yang mengangkang itu. Entah kenapa, kok aku rasakan aku kayaknya terangsang. Bisa berabe nih. Pandanganku kualihkan ke lemari es. Saat menatap ke arah sana aku kembali kaget. Disana berdiri si Willy. Dia tak menggenakan pakaian apapun menutupi tubuhnya. Badannya yang tinggi dan kekar berotot itu polos. Dia sedang menenggak coca cola dari botol.

Mataku langsung menatap ke arah kontolnya. Gila men. Si Mimi enggak bohong. Di selangkangannya kulihat sebatang kontol dengan ukuran luar biasa. Sedang mengacung tegak ke atas mengkilap karena belepotan spermanya sendiri kayaknya. Batangnya gemuk, segemuk botol coca cola yang sedang dipegangnya. Panjang banget. Kepala kontolnya yang kemerahan seperti jamur melewati pusarnya. Batang gemuk itu penuh urat-urat. Aku sampai melotot melihatnya. Kupandangi kontol itu dengan teliti. Ck.. Ck.. Ck.. Sadis.

"Baru pulang Tom?" kata Willy menegurku.

Ia sudah menyadari kehadiranku rupanya. Aku segera menolehkan pandanganku dari kontolnya. Gawat kalau ia tahu aku sedang serius mengamati detil kontolnya itu.

"He eh. Iya," sahutku sambil mengangguk.

Untung saja lampu di dapur itu bernyala redup. kalau terang benderang, pasti Willy bisa mengetahui kalau wajahku sedang bersemu merah saat itu. Malu.

Mamaku yang sedang berbaring lemas diatas meja makan tiba-tiba melompat bangun. Ia sibuk mencari-cari roknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang terbuka.

"Eh, Tomi. sudah lama kau datang?" kata Mama dengan ekspresi malu.
"Baru aja ma," sahutku.

Aku beraksi seperti tidak terjadi apa-apa disitu. Segera kuambil minuman dingin dari lemari es. Tubuh Willy yang berkeringat tepat disampingku. Saat mataku melirik ke arah dalam lemari es, mencari minuman, kusempatkan untuk melirik sekali lagi ke arah batang kontol Willy. Kali ini aku bisa melihatnya lebih jelas. Karena ada bantuan penerangan dari lampu lemari es. Gila! Bagus banget bentuk kontolnya, pikirku.

Setelah mendpatkan minuman dingin, aku segera meninggalkan dapur. Tinggallah Mamaku dan Willy disana. Aku tak tahu apakah mereka masih melanjutkan lagi permainan cabul mereka atau tidak. Yang pasti sepanjang jalan menuju kamarku, pikiranku dipenuhi dengan kontol si Willy yang luar biasa itu.

"Gila! Gila!" rutukku dalam hati.

Kok aku bisa mikirin kontol punya cowok lain sih? Ada apa denganku ini? Rasanya malam itu aku susah untuk tidur. Setelah membalik-balikkan badan beratus kali di atas ranjangku yang empuk, barulah aku bisa tertidur. Itupun setelah jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Sebentar lagi pagi menjelang.

Berjumpa dengan Willy keesokan harinya aku jadi rada-rada grogi. Entah kenapa. Mataku jadi suka mencuri pandang ke arah selangkangannya. Aku jadi menyadari, kalau ternyata saat selangkangannya ditutupi celana seperti itu, ukuran tonjolan diselangkangan itu, memang beda dengan punyaku. Jauh lebih menonjol kayaknya. Gila! Gila! Rutukku lagi dalam hati. Kok aku jadi mikirin itu aja sih?!

Si Willy sih enggak ada perubahan. Ia tetap cuek aja seperti biasanya. Ia tak merasa ada yang aneh dengan kejadian semalam. Sepertinya ia tak perduli kalao aku memergokinya telanjang bulat bersama Mamaku. Kayaknya, buatnya itu hal yang lumrah saja. Dasar gigolo profesional dia.

Sebulan berlalu. Dan selama rentang waktu itu, aku jadi pengamat selangkangan Willy jadinya. Entah kenapa, aku selalu berharap akan punya kesempatan lagi untuk ngelihat perkakas gigolo itu. Tapi tak juga pernah kesampaian. Sampai suatu hari.
Aku ingin berenang pagi-pagi di kolam renang yang ada di halaman belakang rumahku. Ketika aku sampai di kolam renang mataku langsung menangkap sebuah tontonan cabul. Si Mimi sedang ngentot dengan Willy. Dasar nekat si Mimi. Padahal Mama kan masih ada di kamarnya pagi-pagi begini.

Adikku yang cantik dan sexy itu sedang nungging di tepi kolam renang. Dibelakangnya Willy asyik menggenjot kontolnya dalam lobang vagina adikku itu. Genjotannya liar dan keras. Menghentak-hentak. Tubuh si Mimi sampai terdorong-dorong ke depan karena hentakan itu. Kelihatannya si Mimi keenakan banget. Bibir bawahnya digigit-gigitnya dengan giginya. Ia menggelinjang-gelinjang sambil merem melek menikmati hajaran kontol Willy yang luar biasa itu di memeknya.

Aku terangsang hebat. Celana renang segitiga yang kukenakan, tak lagi bisa menampung kontolku yang membengkak. Aku tak tahu. Aku terangsang karena apa? Apakah karena melihat persetubuhan mereka, atau karena serius mengamati kontol besar Willy yang keluar masuk vagina si Mimi itu. Entahlah.

Tanganku langsung mengocok batang kontolku yang sudah kukeluarkan dari celana renangku. Kukocok sekuat tenaga. Cepat. Aku ingin segera menumpahkan spermaku.

"Eh, Tom. Ngapain luh?" tiba-tiba kudengar suara Mimi menegurku.

Mataku yang sedang merem melek langsung menatapnya. Kulihat ia menolehkan wajahnya yang cantik memandangku yang sedang berdiri mengangang sambil ngocok. Willy tersenyum memandangku. Mereka tak menghentikan permainan mereka.

"memang lo enggak bisa liat, gue lagi ngapain," jawabku cuek. Willy tertawa kecil mendengar jawabanku.
"Gila lo," kata Mimi. Setelah itu ia kembali asyik menikmati genjotan Willy.

Akhirnya akupun orgasme sambil memandangi Mimi dan Willy yang terus bercinta. Tak lama setelah itu si Willy yang orgasme di mulut Mimi. Sebelum spermanya sempat mencelat dari lobang kencingnya, Willy menyempatkan menyabut kontolnya yang gemuk dan panjang itu dari vagina Mimi. Lalu disuruhnya Mimi membuka mulutnya lebar-lebar menyambut tumpahan sperma Willy yang deras. Aku benar-benar terbius birahi melihat detik-detik Willy menumpahkan spermanya di mulut adikku itu. Entah kenapa nafsuku terasa menggelegak melihat kontol itu menyemburkan spermanya yang deras berulang-ulang. Kupelototi setiap detik orgasme Willy itu tanpa berkedip sama sekali. Aku tak ingin kehilangan momen yang indah itu sedetikpun.

"Gila lo. Adik sendiri ngentot ditonton," kata Mimi padaku.

Saat itu kami bertiga berbaring di tepi kolam renang kelelahan. Kalau orang melihat kami saat itu, mereka tidak mengetahui kalau kami baru saja orgasme tadi. Yang melihat pasti hanya mengira kami sedang berjemur menikmati cahaya matahari di tepi kolam renang.

"Habisnya elo berdua sama gilanya sih. Masak pagi-pagi ngentot disini. Ketahuan Mama gimana?" sahutku.
"Cuek. Mama enggak bakalan bangun. Sebelum ngentotin gua, Mama habis dihajar sama si Willy. Jadi Mama pasti sedang ngorok kecapaian," jawab Mimi yakin.
"Benar Wil?" tanyaku.
"Yap," sahut Willy singkat.

Dasar si Willy. Habis ngentot dengan Mama, masih sanggup ngentoti si Mimi sebinal tadi. Benar-benar profesional nih cowok, pikirku. Itu pengalaman keduaku melihat kontol si Willy. Seru? Belum! Ada pengalaman berikutnya yang lebih seru dari itu.

Dua minggu kemudian. Aku baru bangun tidur siang. Sekitar jam tiga sore. Waktu itu hari Rabu, aku enggak ada kelas. Karena itu biasanya habis tidur siang, sorenya aku latihan tenis. Kuubek-ubek kamarku, tapi tak kutemukan dimana raket tenisku berada. Jangan-jangan dipinjam si Toni, pikirku. Adik bungsuku itu memang doyan banget minjem barang-barangku tanpa permisi.

Aku segera menuju kamarnya yang terletak di pavilyun samping bangunan utama rumah kami. Toni memang sengaja diberikan kamar disitu. Maklum ABG. Dia doyan nge-Band bareng temannya. Daripada ribut dengar suara alat musik yang dimainkannya bareng-bareng temannya maka lebih aman meletakkannya disitu. Jadi suaranya tidak terlalu keras terdengar di dalam rumah. Mending suara musik yang dimainkan asyik di dengar kuping. Ini malah musik yang enggak jelas juntrungannya. Metal yang enggak mutu. Ups, jangan salah sangka lagi. Aku bukan anti metal. Aku doyan metal. Tapi metal yang enggak dimaenin sama Toni dan teman-temannya. He.. he..

Pintu kamar Toni tertutup rapat. Juga gorden jendelanya. Tumben. Pikirku. Jarang-jarang gorden kamarnya ditutup. Paling juga kalau sudah malem kalau dia tidur. Dari kamarnya terdengar hingar bingar musik metal dari tape. Si Toni berarti ada di kamar, pikirku. Kugenggam gerendel pintu, kuputar. Tak terkunci. Kubuka pintu dan langsung melongokkan wajahku ke kamarnya. Aku sudah bersiap-siap untuk ngomel ke dia.

"Toni! sudah berapa kali gue bilang, jangan ambil barang-barang gue seenaknya.. Hahh?!!," kata-kataku terhenti segera.

Mulutku menganga, tenggorokanku rasanya tercekat. Mataku melotot melihat peristiwa yang terjadi dalam kamar Toni.
Adikku itu sedang bermain cinta di kamarnya. Tubuhnya telentang di atas ranjang. Pakaian sekolahnya belum terlepas seluruhnya. Hanya resleting celananya saja yang terbuka lebar. Kontolnya yang nongol dari celah resleting itu, ngaceng total sedang dikulum oleh seseorang yang sedang menungging dalam posisi berlawanan arah dengan Toni di atas tubuhnya.

Aku sih sudah tahu kalau kelakuan adikku yang masih ABG ini sama bejatnya seperti aku. Aku sudah sangat tahu kalau dia doyan ngesex dengan orang lain. Harusnya aku tak perlu kaget melihatnya sedang in action seperti ini. Tapi gimana aku enggak kaget kali ini, yang kulihat saat ini sangat tidak biasa. Toni maen kulum-kuluman kontol bukan dengan cewek. Tapi dengan cowok men. Dan cowok yang sedang mengulum kontolnya itu adalah si Willy! Shit!

Si Tonipun edan. Masak mulutnya juga ngulum kontol si Willy? Ngawur! Yang benar aja, kontol gede si Willy itu dikuluminya dengan penuh nafsu seperti ngulum permen lolipop saja. Toni kulihat salah tingkah setelah menyadari kehadiranku. Buru-buru dilepaskannya kontol si Willy dari mulutnya. Ia segera bangkit dan membereskan celananya. Sementara si Willy kulihat tenang-tenang saja.

"Ngapain Tom? Masuk kamar gue kok enggak ngetuk pintu dulu," kata Toni terlihat kurang suka padaku.
"Memang elo pernah ngetuk pintu kalau masuk kamar gua?" sahutku. Kupandangi keduanya dengan tatapan tajam. Willy kulihat tersenyum padaku.
"Hai Tom," katanya melambaikan tangan seperti tak ada apa-apa.
"Ngapain elo berdua?" kataku dingin.
"Enggak ngapa-ngapain. Mau ngapain elo?" sahut Toni masih salah tingkah.
"Enggak ngapa-ngapain?! Jelas-jelas mata gua ngelihat elo berdua sedang emut-emutan kontol kok elo bisa ngomong enggak ngapa-ngapain. Elo homo?!" kataku.
"Siapa yang homo? Enak aja!" kata Toni protes.
"Kalau bukan homo, apa namanya cowok sama cowok emut-emutan kontol begitu? Nah elo, kok elo bisa..," kataku pada Willy.

Kalimatku tak kusambung. Aku menatap bingung padanya.

"Sante aja men. Ini hal yang biasa kok," sahut Willy tanpa beban.
"Biasa??!" tanyaku bingung. Dahiku mengernyit.
"Iya. Gue sama Toni kebetulan lagi sama-sama horny. enggak ada pelampiasan, ya sudah, kenapa kita enggak maen berdua aja. Toh tujuannya cuman untuk melampiaskan birahi doang. Maen sama cewek juga emut-emutan kan. Gua punya mulut, Toni punya mulut, kan bisa dipake untuk ngemut. Hasilnya tetap sama kok," sahut Willy tenang.

Gigolo ganteng itu benar-benar tenang luar biasa. Sepertinya apa yang dilakukannya bersama Toni itu bukan hal yang aneh. Aku jadi terkesima mendengar jawabannya. Toni kulihat mengangguk-angguk mendengar kata-kata Willy. Duduk dengan seragam SMUnya diatas ranjang, adik bungsuku itu tak berkata apa-apa.

"Gua enggak ngerti deh. Gua yang gila atau elo berdua yang gila," kataku.
"Enggak ada yang gila Tom. Apa gue pernah ngatain elo gila karena elo suka mandangin kontol gua? enggak pernah kan?"
"Maksud elo?"
"Jangan pura-pura bego. Gue tahu kok elo suka curi-curi pandang lihat tonjolan di selangkangan gue. Apalagi kalau pas gue telanjang bulat. Mata elo kan sampai melotot ngelihat adik gue ini kan," kata Willy.

Ia menggoyang-goyangkan kontolnya yang sudah lemas. Memamerkannya padaku. Aku tak tahu mau bilang apa lagi. Tak kusangka Willy mengetahui kalau aku selalu memperhatikan perkakasnya selama ini.

"Sudahlah. Sekarang elo mau berdiri terus disitu sambil ngelihatin kita sekaligus melototin kontol gue, atau mau ikutan bareng kita menikmati anugerah yang kita miliki. Tom kita harus bersyukur lo, kita bertiga kan dianugerahi kontol yang punya ukuran diatas rata-rata. enggak banyak lo orang yang dianugerahi hal beginian," kata Willy.

Benar yang dikatakan Willy. Kami bertiga memang punya ukuran kontol yang diatas rata-rata. Adikku si Tony kulihat juga punya kontol yang gede. Ukurannya enggak jauh-jauh dengan ukuranku.

Akal sehatku sirna. Aku yang memang sudah cukup lama tergoda dengan kontol si Willy akhirnya pasrah saja saat Willy dan Toni membimbingku ke arah ranjang. Kubiarkan saja mereka mempreteli seluruh pakaianku. Kami bertiga telanjang bulat di dalam kamar Toni.

Willy memberikan penghormatan khusus padaku. Rasa penasaranku pada kontolnya yang gede itu dipuaskan olehnya. Willy mengangkangi leherku saat aku berbaring telentang di atas ranjang. Kontolnya yang besar ditampar-tamparkannya ke pipiku. Birahiku menggelegak. Pertama kali seumur hidupku aku diperlakukan seperti ini. Saking menggelegaknya birahiku akhirnya apa yang tak pernah terpikirkan selama ini dibenakku kulakukan. Kukulum kontol Willy sepuas-puasnya. Aku menggila. Seperti anjing ketemu tulang, kulahap kontol Willy. Aku tak ubahnya Mamaku dan Mimi yang tergila-gila pada kontol gigolo ganteng ini.

Rupanya Tonipun sama tergila-gilanya seperti aku. Ia berebutan denganku mengerjai kontol besar si Willy. Seringkali kudorong wajah ganteng adikku yang masih abg itu menjauhi kontol Willy, karena aku sudah tak sabar ingin memasukkan batang gede itu dalam mulutku. kalau sudah gitu, Toni cuman bisa bersungut-sungut padaku. Aku cuek aja. Sementara Willy tertawa melihat kami berebutan kontolnya seperti itu.

"Kalian sekeluarga sama binalnya deh," komentarnya.

Ia pasti teringat pada Mama dan Mimi saat mengoral kontolnya. Pasti sama maniaknya seperti aku dan Toni.

Aku jadi terlupa, bahwa aku laki-laki straight. Aku jadi menikmati permainan laki-laki seperti ini. Willy rupanya tak mau melewatkan kontolku dan Toni. Dia segera membalik tubuhnya berlawanan arah denganku. Aku dan Toni sama-sama berbaring telentang bersisian. Mulut kami bergantian mengulum kontol Willy. Sementara Willy yang menungging diatas kami menggilir kontolku dan Toni. Mulutnya ganti berganti mengulum kontolku dan kontol adikku itu. Saat mulutnya di kontolku, tangannya mengocok kontol Toni. Begitu juga sebaliknya.

Sore itu aku tak jadi latihan tenis. Kebetulan Mama belum pulang dari kantor, dan Mimi tak ada di rumah, kami puas-puaskan bermain sex bertiga. Segala apa yang memungkinkan, kami lakukan bertiga. Termasuk juga saling menyodomi satu sama lain. Baby oil yang biasanya digunakan Toni untuk coli, kami gunakan sebagai pelumas agar kontol tak terlalu sulit memasuki lobang pantat. Meski dianal adalah kali pertama buatku, tapi aku ternyata bisa menikmatinya. Diantara rasa sakit dimasuki kontol dalam lobang pantat, aku merasakan juga nikmat yang luar biasa.

Saat sore menjelang, kami segera cabut menuju kost Willy. Kami tak mau terganggu dengan kepulangan Mama dari tempat kerjanya. Pada Mama, Willy menelpon bahwa dia tak menginap di rumah kami malam itu. Ada kerjaan, alasannya pada Mama. Sementara aku dan Toni tak perlu menelpon Mama. Sudah biasa kami tak tidur di rumah. Jadi Mama tak akan merasa aneh. Malam itu kami puas-puaskan bermain cinta bertiga. Tak peduli, bahwa aku dan Toni adalah saudara kandung, kami juga saling menyodomi.

Setelah beberapa kali bersetubuh, akhirnya kami bisa memahami posisi masing-masing. Meskipun kami sama-sama fleksibel saat bercinta, namun Toni lebih suka pada posisi dianal, baik olehku maupun Willy. Sedangkan aku dan Willy suka keduanya, baik dianal dan menganal. Hanya saja aku lebih menikmati dianal oleh Willy daripada oleh Toni. Kontol Willy yang sangat besar sungguh membuatku keenakan. Aku sampai menggelepar-gelepar saat dianalnya.

kalau menganal, aku lebih suka melakukannya pada Toni. Aku sangat suka melihat ekspresi adikku yang sepertinya kesakitan namun terus memaksaku untuk mengentotnya dengan buas. Sedangkan kalau menganal Willy, aku tak menemukan ekspresi itu. Willy sudah sangat profesional dalam hal ini. Ternyata dia adalah gigolo bagi wanita dan laki-laki sekaligus. Saat dientot, ekspresinya hanya penuh kenikmatan saja. Lagipula, lobang pantat Willy tak sesempit lobang pantat si Toni. Lobang pantat Willy sudah mengendor. Dia sudah sering dientot oleh laki-laki lain.

Kami bercinta tiada henti. Willy memberikan kami minuman rahasia miliknya. Minuman yang membuat tenaga kami tak kunjung sirna. Pantas saja tenaga gigolo ini bak kuda liar. Ia punya ramuan rahasia rupanya. Saat kutanyakan pada Willy, apa cairan itu dan darimana ia memperolehnya, gigolo itu tak mau mengatakannya padaku.

"Ini rahasia perusahaan," jawabnya. Aku dan Toni tertawa mendengar jawabannya.

Hari kamis esoknya, harusnya Toni sekolah. Tapi adik bungsuku itu bolos. Aku juga bolos kuliah, pun Willy. Kami seperti mesin sex. Toni tak bosan-bosannya memintaku dan Willy bergantian menghajar lobang pantatnya. Dia benar-benar ketagihan.

"Pantes aja cewek-cewek suka dientot. Enak banget men," komentarnya.

Pantat Toni yang putih dan montok penuh semangat bergerak saat Willy atau aku menyodominya. kalau kupikir-pikir, goyang ngebor Inul, kalah jauh deh dibandingin ngebornya si Toni. Membuatku dan Willy tak kuasa untuk menahan orgasme. Sperma kami tumpah memenuhi lobang pantat adikku itu. Kamar kos Willy semerbak dengan bau sperma dan keringat kami. Bau ini malah semakin membuat kami bernafsu untuk mengentot lagi dan lagi.

Setelah sore, akhirnya kami kembali ke rumah. Dan sejak itu kami menjadi rutin ngesex bertiga. Mencuri-curi kesempatan tanpa sepengetahuan Mama dan Mimi. Apa yang kami lakukan adalah rahasia kami bertiga. Tak perlu orang lain tahu. Termasuk juga cewek-cewek kami. Apalagi Mama dan si Mimi.

Proyek Jembatan

Jembatan Way Arong di daerahku akan direnovasi dan itu berarti aku harus lewat memutar jika ingin berangkat kerja, itu berarti mulai hari ini. Setengah bersungut-sungut aku berangkat ke kantor dan kembali lagi ke rumah sore itu dengan perasaan dongkol. Bagaimana tidak, rumah sewaanku tepat diseberang kali kecil yang akan dibikin jembatan itu, rasanya tanggung sekali kalau harus memutar karena terlalu jauh belum lagi kalau malam hari pasti sepi karena tak ada orang yang akan lewat situ.

Setelah membuka pintu aku masuk ke dalam rumah, membuka baju, lalu mengurus cucianku. Saat aku akan menjemur di belakang rumah, aku mendengar banyak suara-suara. Aku segera menuju samping dan ternyata tepat di tanah kosong samping rumahku sudah dibangun rumah ala kadarnya yang terbuat dari kayu. Setelah aku amati aku mulai paham, rumah itu tempat para pekerja menaruh bahan bangunan dan mungkin sebagai tempat mereka menginap saat malam hari.
Otak homoku segera berputar dan darahku berdesir saat aku membayangkan mereka mungkin menginap di rumah sementara itu. Masih aku melamun tiba-tiba seseorang datang dari arah samping, “Permisi mas,” ujarnya. Aku kaget karena tak siap akan kedatangan seseorang. Aku melihat seseorang yang tingginya kurang lebih 160cm dengan badan berkulit sawo matang dan badan yang kekar, rambutnya klimis dan tampangnya tidak terlalu tampan tapi sangat laki-laki. Ia tidak memakai baju dan hanya mengenakan celana jeans lusuh selutut sehingga dadanya yang kekar dan terbentuk serta perutnya yang berkotak-kotak seakan-akan melambai-lambai ke arahku. Belum lagi banyak bulu-bulu yang tumbuh di perut bawahnya. “Oh ya. Aduh jadi kaget, biasanya nggak ada orang,” kataku. “Iya, kenalkan saya Darno. Begini saya tadi sudah ijin sama pemilik tanah sebelah, karena kebetulan ada proyek perbaikan jembatan jadi kami minta ijin untuk tinggal sementara selama kurang lebih seminggu di tanah sebelah,” “Oh begitu. Ya sudah tinggal aja, yang punya tanah itu juga yang punya rumah ini,” kataku. “Ya terima kasih, sekalian nih mas. Kalau nggak keberatan kita bisa tidak mandi atau cuci baju di sumur belakang ini?” tanyanya.

HAHHHHHH…..!!!! “Apa aku nggak salah denger, MANDI…????!! di sini, disumur belakang rumahku!??!” kataku dalam hati. Ingin rasanya aku berlari dan mencium sumur itu untuk mengucapkan terima kasih, karena mandi disitu berarti semoga telanjang. “Oh ya nggak apa-apa mas, silahkan aja airnya kebetulan banyak dan bersih. Daripada mandi di kali nanti kena gatal-gatal,” kataku berpromosi. “Lagipula disini nggak ada siapa-siapa kecuali saya, jadi ya kalo mo mandi atau nyuci nggak usah risih segala.” Ia hanya tersenyum dan mengangguk, “kalau begitu saya permisi dulu ya mas, nggak enak masih ada kerjaan.” Dan aku masuk dengan hati berdegub-degub kencang menanti yang bakalan terjadi.

Benar saja, sekitar jam 4 sore aku mendengar tali sumurku berbunyi, dan aku cepat-cepat masuk ke kamar belakang yang aku jadikan gudang. Letak jendela kamar belakang tepat disamping sumur sehingga apapun yang terjadi disana pasti terlihat. Seperti sore itu aku melihat ada 4 orang pekerja yang sudah ada disana, mereka bergantian menarik tali sumur dan mandi, tapi aku sedikit kecewa karena tak ada satupun dari mereka yang telanjang, mereka mandi hanya memakai celana pendek.

Kemudian datang 2 orang lagi. Tubuh mereka berdua sama seperti lainnya dan aku mendengar mereka saling menyapa dengan ke 4 pekerja yang sudah ada disana terlebih dahulu dan tanpa basa-basi mereka menurunkan celana pendek mereka hingga kontol mereka terlihat jelas. Darahku mendidih melihat pemandangan itu, kontol 2 kuda jantan ada dihadapanku. Yang satu segera bergabung dengan mereka tanpa ada rasa risih sedikitpun, sementara satunya mencuci celana pendeknya. Aku melihat keempat orang itu sempat melirik ke arah mereka berdua, tapi mungkin ego mereka sesama lelaki membuat mereka akhirnya tidak perduli lagi.

Wah rasanya senang sekali, hari itu lebih dari 20 kontol dengan beragam ukuran bisa aku lihat. Terkadang mereka saling bercanda dengan menyentil batang kontol lainnya, atau ada yang diam-diam menarik jembut temannya yang cukup lebat. Ada yang bercanda dengan mempertontonkan gerakan ngocok kontol, ada juga yang memang ngocok kontolnya betulan, seneng banget melihatnya. Aku tak pernah bosan melihat mereka meski aku hanya jadi pengamat pasif saja.

Namun ada satu yang menarik perhatianku, ada seorang pekerja yang aku kenal bernama Widatmanto, teman-temannya biasanya memanggil dia Wiwit. umurnya sekitar 23 tahun, badannya tegap sekali dengan kulit sawo matang. Tingginya sekitar 160cm dan tidak terlihat terlalu tinggi, dan aku tahu setiap sore dia selalu ngocok diam-diam dan sudah 2 hari ini aku melihat dia sering ngocok kontolnya di pagi dan siang hari saat aku pulang untuk makan siang (terlalu dipaksakan karena aku sesungguhnya ingin ngintip aktifitas sumur siang mereka).

Kalau dia datang pasti kontolnya sudah tegang, ukurannya sekitar 16cm dan gemuk batangnya dengan kepala kontol yang besar. Dia sering menggesek-gesekkan batang kontolnya di tembok sumur yang licin, naik turun dan kadang diputar-putar, lalu biasanya dia mengerang kalau mau ngecrot. Sayangnya dia tidak tinggal disitu jadi aku tidak bisa banyak bicara dengannya.

Siang itu aku sudah mempersiapkan diri dan aku tahu dia pasti datang saat keadaan sepi. Dan tepat sekali, sekitar jam 1 siang dia datang padahal aku hampir saja akan pergi karena jam istirahat kantorku sudah habis. Tiba-tiba dia datang dan setelah tengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada orang dia segera mengeluarkan batang kontolnya. Pintu belakang sengaja tidak aku kunci agar saat aku membuka tiba-tiba dia tidak sempat memasukkan kontolnya kembali ke dalam celana.

Pintu belakang aku buka dengan cepat dan aku bergerak keluar. Dia terlihat kaget dan tak siap dengan kehadiranku, namun aku sudah mempersiapkan semuanya dan aku bersikap biasa saja. “Oh maaf ada orang ya.” ujarku. Dia tersenyum canggung dan kontolnya masih menempel di dinding sumur. “Sampean lagi onani ya mas?” tanyaku langsung. Dia tersenyum lagi dan menjawab, “iya mas, aku nggak tahan rasanya pengen ngocok terus.” “Ya udah, terusin aja.” Dia masih malu-malu dan batang kontolnya tetap menempel tanpa bergerak. “Malu ya aku liatin, biasa aja lah mas aku aja biasa ngocok tiap malem.” ujarku. “Apa sampean mau aku bantuin? kalo mau ya masuk, nanti tak kocokin?” kataku semakin berani. Dia terlihat ragu dan aku melihatnya. “Belum pernah dikocokin ya mas, udah nggak usah malu-malu aku nggak bakal bilang siapa-siapa kok.”

Dia akhirnya masuk ke dalam rumah. Baru saja satu kakinya masuk ke dalam rumah, aku sudah memegang batang kontolnya dan menariknya ke dalam. Dia terlihat kaget, tapi aku bergerak cepat dengan menggunakan kakiku aku menutup pintu dan aku segera berlutut lalu mulai mengocok batang kontolnya yang besar dan berurat. Dia masih terlihat malu-malu dan hanya memperhatikanku. Sementara tangan kiriku mengocok batangnya, tangan kananku bergerilya dengan mengelus-elus kedua biji pelernya. Dia mulai mendesah-desah keenakan dan dia mulai menggerak-gerakkan kontolnya yang masih dalam genggamanku.

Kocokanku pada kontolnya semakin kencang dan dia juga mulai semakin aktif gerakannya. Aku hentikan aktifitas tanganku pada kontolnya sejenak dan dia menatapku dengan pandangan tidak setuju. “Sebentar ya,” kataku pelan menjawab ketidaksetujuan matanya. Aku membuka pakaianku satu persatu sampai telanjang bulat, kemudian aku tatap tubuh berototnya yang masih berpakaian lengkap hanya bagian celana lusuhnya saja yang sudah melorot sampai lulut. “Mas buka dong bajunya,” pintaku. Dia terlihat ragu, “Mau diapain mas?” tanyanya kemudian. “Sudah buka aja, pokoknya sampean pasti ngerasa enak,” Tuntutan birahinya yang sedang tinggi membuat dia pasrah dan membuka seluruh pakaiannya sampai bugil. Tubuhnya sangat seksi, tahu sendiri bagaimana bentuk tubuh mereka yang bekerja sebagai tukang atau kuli itu.

Aku berlutut tepat dihadapan kontolnya, kemudian aku elus-elus batang kontolnya yang bener-bener sudah tegang. Aku berniat mempermainkan emosinya dulu baru kemudian aksiku. “Wah nih kontol pasti udah ada yang punya ya?” tanyaku sambil mengelus-elus batang kontolnya dari bawah sampai ke ujung kepala kontol. Dia terlihat geli dan menggeleng, “Belum ada, siapa sih yang naksir aku,” “Tapi kalo kontolnya segede gini pasti banyak yang mau,” ujarku sambil kemudian mengecup lobang kencing di kepala kontolnya dengan bibirku. Aku bisa merasakan gelinjangnya dan tak lama cairan precum keluar meleleh dari lobang kontolnya. Dia tak menjawab pertanyaanku matanya terpejam.

“sudah pernah ngentot belum mas?” tanyaku lagi. Dia membuka matanya dan menatapku, “sudah, hampir tiap hari,” “Wah sama siapa?” kali ini aku bertanya sambil meremas lembut kantong pelernya, dia kembali menggelinjang. Belum sempat dia menjawab, aku menjulurkan lidahku dan menjilati seluruh bagian pinggir topi kepala kontolnya. “Ayo dong mas dijawab,” pintaku sambil meletakkan batang kontolnya di hidungku dan menggesek-gesekkannya, aroma kontolnya sangat khas, dan cairan lengketnya menempel di hidungku membuat suasana semakin seksi.

Dia terengah-engah, mungkin selama ini belum pernah ada yang memperlakukan kontolnya seperti itu. “Sama … sama lonte,” jawab dia akhirnya setelah aku kembali mengecup ujung kepala kontolnya. “Wah sama lonte kan bayar, mendingan sama aku gratis.” kataku. “KAlau sama lonte pasti belum pernah diginiin,” lanjutku kemudian dan setelah berucap itu aku langsung memasukkan batang kontolnya ke mulutku. Dia terlihat kaget dan tubuhnya sedikit tersentak, tapi kedua tanganku memegang pinggangnya sehingga aku bisa konsentrasi pada hisapanku.

Kontolnya yang punya panjang sekitar 16cm dengan diameter sekitar 4,5 cm itu setengahnya masuk ke dalam mulutku. Aku keluarkan lagi kemudian aku masukkan lagi sampai sedikit lebih dalam dari kepala kontolnya dan saat itu aku langsung menghisapnya kuat-kuat. Dia mengerang-erang dan aku merasakan kontolnya berdenyut-denyut, aku tahu dia akan segera ejakulasi sehingga aku buru-buru melepas batang kontolnya dari mulutku. “Kok dilepas?” tanyanya dengan nada sedikit kecewa. “Nanti sampean keburu keluar, kan belum ngentot aku,” Dia menatapku lagi dan kali ini agak lama, “Memangnya mas ini mau aku entot?” “Sama kontol segede ini? mana mungkin aku tolak,” ujarku. Aku kemudian memposisikan diriku dan memintanya mendekat dan menempelkan batang kontolnya di belahan pantatku. “Sampean entot aku ya, sama seperti sampean ngentot lonte-lonte itu,”

Dia langsung mengerti apa yang aku maksud, dia meludah lalu membalurkannya di sekujur batang kontol dan kemudian menempelkan kepala kontolnya di lobang anusku. Dia pasti belum pernah ngentot laki-laki sebelumnya karena dia langsung menekan batang kontolnya sekuat tenaga sehingga aku merasakan bagai disuntik dengan jarum besar saat kepala kontolnya membelah lobang anusku. Dia sama sekali tidak berniat berhenti sebentar untuk memberi kesempatanku bernafas karena dia langsung memasukkan seluruh batang kontolnya yang gede sampai mentok ketika bulu-bulu jembutnya yang sangat tipis karena habis dicukur menempel dikulit pantatku.

Dasar birahinya sudah dipuncak dia langsung memompa anusku dengan kontol besarnya tanpa perduli dengan diriku. Hebatnya dia langsung memompa kontolnya sekuat tenaga, meski terasa sakit sensasi pompaan batang kontolnya membuat rasa nikmat cepat menggantikan rasa sakit sebelumnya. Apalagi saat batang kontolnya hampir amblas semua dia seolah-olah menumbuk diriku sehingga aku bergoyang hebat dan berusaha agar tetap ditempat. Kantong pelernya yang menggelantung panjang juga kerap kali mengenai dan memukul-mukul biji pelerku sehingga terasa sedikit ngilu.

Batang kontol itu terus memompa lobang anusku dan nafasnya semakin menderu kencang. Apalagi saat ujung kepala kontolnya menyentuh sesuatu di dalam lobangku, rasa nikmat semakin terasa. Tak terasa tubuhku diselimuti keringat dingin karena rasa enak yang luar biasa. Aku berusaha untuk bertahan tapi rasa nikmat yang diberikan pekerja dengan nafsu besar dan liar ini membuatku tidak lagi bisa menahannya. Akhirnya pertahananku bobol, tubuhku bergetar dan rasa nikmat yang luar biasa secepat kilat berkumpul dari segala arah dan menyatu diujung lobang kencingku. Aku merasakan denyutan yang cepat dan berkali-kali dalam waktu singkat membuatku mengerang, lalu ….. CROTTTT …CROTTT…CROTTTT Spermaku muncrat berkali-kali sampai membasahi karpet yang ada di bawahku dan sudah sampai berkali-kali denyutan itu berhenti. Lalu sisa spermaku mengucur pelan dari kepala kontolku yang menghadap ke bawah.

Belum sempat aku bernafas, tiba-tiba kedua tangannya memegang bahuku lalu dengan suara yang kuat dia menghujam-hujamkan batang kontolnya, ARGGHHHH … ARRGHHHH… ARGGGHHH kira-kira begitu bunyi erangannya. Aku merasakan sampai lututku seolah bergerak beberapa senti kedepan. Lalu dia membenamkan seluruh batang kontolnya kemudian memutar pinggulnya tak karuan dan mengerang keras … ARGGGGHHHHHHH…. CROTTTTT …CROTT.. CROTTTT Aku merasakan semburan sperma berkali-kali didalam lobang anusku dan aku bisa merasakan betapa banyak semprotan spermanya seolah-olah dia belum pernah mengeluarkannya bertahun-tahun. Sperma yang tak tertampung meleleh keluar dan menjalar pelan dipaha belakangku dan jatuh kelantai.

Dia menjatuhkan kepalanya dipunggungku dengan batang kontol yang masih di dalam lobang pantatku. Aku mendengar dengusan nafasnya yang cepat, aku tahu dia sedang mengatur kembali nafasnya. Aku tersenyum puas akan kenikmatan yang kurasakan dan yang dia berikan baru saja.

Hari itu tidak seperti biasa karena ada pekerjaan aku pulang sekitar jam 17.30. Masuk rumah dan hanya mengenakan kaus dalam serta celana panjang seragam kantor aku bergegas ke belakang untuk mengangkat jemuranku tadi pagi. Saat aku di dapur aku mendengar suara orang mandi. Biasanya jam segini sudah tidak ada yang mandi lagi, jadi aku intip dari jendela dan ternyata ada 3 orang yang sedang mandi dan mencuci pakaian termasuk Wiwit yang kemarin ngentot denganku.

Melihat Wiwit sedang mandi telanjang dan kontol gagahnya yang berhasil memberiku kepuasaan, kontolku segera bereaksi lagi. Aku segera melepas celana panjang serta kaus dalamku dan hanya mengenakan celana dalam usang yang agak longgar. Maksudnya ingin menggoda Wiwit agar mau ngentot lagi denganku malam ini. Jadi aku segera keluar dan mereka yang ada disitu menengok. “Oh masih ada yang disini ya,” kataku pura-pura kaget. Aku menatap Wiwit dan dia juga menatapku lalu penampilanku saat itu. “Iya mas,” kata Darno si kepala tukang yang berambut cepak banget ini yang sedang mengeringkan badannya yang tegap itu dengan handuk. Gila … dalam keadaan dingin seperti ini saja kontolnya gemuknya ngegelantung dan yang bikin aku semakin kesengsem Jembutnya ternyata lebetttt banget.

Aku segera menuju tempat jemuranku dan dari sudut mata aku bisa melihat sepertinya Wiwit mendekati teman-temannya dan seperti mengatakan sesuatu dengan cepat. Setelah selesai aku angkat jemuran aku berjalan balik ke pintu dan diluar dugaan Wiwit mengatakan sesuatu yang bener-bener ngebuatku shock berat. “Mas Yud, kapan aku bisa ngentot mas lagi?” Aku bagai disambar petir dan segera kutatap ke area sumur itu melihat reaksi semua yang ada disitu.

Mereka semua ternyata sedang menatapku, ada yang tersenyum ada yang diam saja dengan mata ke arahku. Kontol-kontol itu sungguh menggoda dan aku nggak mampu lagi mengendalikan diri. “Sekarang aja yuk?” kataku penuh nafsu. “Gue boleh ikut mas?” tanya Darno, kepala tukang yang perutnya penuh bulu dengan kontol yang sudah setengah ngaceng. Aku dekati dia dengan tangan kananku memegang cucian. Tangan kiriku segera menyambar batang kontolnya dan meremas lalu aku tarik dia ke dalam. “Yang laennya kalo mau ikutan aja ke dalam,” kataku.

Terdengar suara agak riuh. “Nanti aku nyusul lah, tanggung nih,” kata seorang lagi yang sedang nyuci. Jadinya aku berjalan masuk sambil menuntun kontol Darno yang sekarang sudah ngaceng abis di dalam genggamanku. Kontol Darno ternyata lebih gemuk lagi dari kontol Wiwit dan terasa sekali lebih keras. Aku segera letakkan jemuranku di kursi sesampainya di dalam rumah dan segera berlutut.

Enaknya membayangkan akan ngentot dengan tiga tukang. Nggak perlu romantis-romantisan segala, langsung tancap dan entot, bener-bener gayanya laki-laki.

Kulirik ke wajah Darno dan dia menanti apa yang akan aku lakukan. Aku mulai mengocok-ngocok batang kontolnya sambil kuciumi arona di bawah biji pelernya. Aroma yang begitu khas. Tangan kiriku menekan batang kontol Darno hingga bagian bawah batangnya terlihat dan kepala kontolnya menyentuh sekitar perut. Aku julurkan ujung lidahku untuk menjilati bagian antara pangkal batang kontol bagian bawah dengan biji pelernya. Nikmat sekali.

Aku gigit-gigit kecil daerah itu sambil dibarengi sedotan-sedotan berkekuatan lemah. Dia menggelinjang sambil mendesah pelan. Kuciumi lagi daerah itu dengan hidung dan perlahan ujung lidahku menjalar naik ke atas melewati bagian tengah dari batang kontol bagian bawahnya yang agak menonjol. Dia terus mendesah dan ketika hampir sampai lidahku di bagian lobang kencingnya, aku merasakan rasa dari cairan yang sangat aku kenal. Rupanya dia sudah mengeluarkan cairan bening pembuka dan cairan itu terus mengalir. Aku jilati cairan itu, menelannya dan segera menuju sumber cairan itu.

Kukecup sedikit lobang kontolnya untuk membuat sensasi geli dan dia menyukainya. Kembali ujung lidahku bermain dan kuputar-putar di daerah itu serta bagian bawah kepala kontolnya. Sesekali gigitan pelan kulakukan di pinggir-pinggir kepala kontolnya. Ku tatap batang kontol nan gagah itu sekali lagi. Aku tahu apakah mulutku sanggung melewati kepala kontol yang gede banget itu. Disaat itu aku mendengar pintu belakang terbuka dan ada langkah-langkah yang mendekati kami.

Aku menarik nafas dan kubuka mulutku lebih lebar dan berhasil. Aku berhasil melewati kepala kontol itu dan sekarang aku sudah menyedot-nyedotnya dengan jemariku memilin-milin batang kontol Darno. “Gila .. enak banget …Shhhh ahhhh…” erang Darno. “Aku belum pernah di kenyot seperti itu, biniku mana mau” kata suara lain yang ternyata tukang bertubuh tinggi yang tadi sedang mencuci baju. “Sedotan dia enak, kamu bakal ketagihan,” kata suara yang aku kenal, Wiwit. Dia sudah di belakangku dan menarik celana dalamku hingga terlepas.

Sungguh aku sudah tak perduli apapun yang akan mereka lakukan yang jelas aku menikmati ini. Tangan kananku memegang pantat tukang bertubuh tinggi itu dan mendorongnya ke arahku hingga kepala kontolnya menyentuh pipiku. Sementara Wiwit sudah menempelkan batang kontolnya yang juga sudah ngaceng penuh diselah-selah belahan pantatku dan ia menggesek-gesekkannya. “Ini lobang yang bikin aku ketagihan. Lebih enak dari memek manapun, kalian bakal percaya gak bakal ada memek manapun yang pernah kalian entot yang lebih enak dari lobang dia.” kata Wiwit setengah promosi sambil tertawa-tawa.

Darno terus mendesah, dia sungguh menikmati sedotanku. “Enak no?” tanya tukang bertubuh tinggi yang sekarang kontolnya aku kocok-kocok. “He-eh,” jawab Darno pendek dengan mata yang terpejam menahan enak. Aku melepaskan sedotanku pada kontol Darno. Aku beralih ke kontol tukang bertubuh tinggi itu. Kontolnya tidak segemuk Darno tapi panjang sekali, sekitar 19cm seperti Darno jembutnya juga sangat lebat. Tapi aku sangat menaruh perhatian pada kantung pelernya. Kantung pelernya itu tertutup habis oleh bulu-bulu jembutnya yang lebatnya kelewatan banget.

Aku dengan rakus langsung mengenyot-ngeyot satu persatu biji pelernya yang membuatku kelimpungan. “Argghhhh…” tukang itu berteriak kaget. “Mas Darno, gesekin kontol mas di rambutku yah,” pintaku ke Darno. Dia mengangguk, sementara aku merasa kepala kontol Wiwit menempel-nempel di lobang pantatku, aku yakin dia bakal mengentotku sebentar lagi. Sensasinya sungguh enak, gesekan batang kontol di rambutku dan terkadang bagian bawah batang kontolnya yang hangat juga menggesek pipiku. Tukang bertubuh tinggi itu juga sudah mulai banjir cairan bening yang aku sedot terus sampai habis.

Darno kemudian melihat Wiwit yang menonjok-nonjok pelan lobang anusku dengan kepala kontolnya. “Wit, lo kan udah ngentot dia kemaren. Gue ngentot dia dulu ya, gue pengen nyoba,” kata Darno. Aku semakin sumringah mendengar ucapannya. Darno yang berbodi keren dan berkontol sangar ini bakal ngentotku, lobangku menjadi empot-empotan karena bahagia. Lalu aku mendengar Darno berkata padaku, “Pasti enak nih ngentot sama elo, tunggu aja ya sampe nanti kontol gue ngebelah lobang pantat lo”

Tukang bertubuh tinggi itu mendekat ke arah dimana kontol Darno sudah bersiap-siap mengentotku, begitu juga Wiwit. Mereka ingin melihat secara jelas kontol Darno menerobos lobang pantatku. Aku melirik kearah kontol Darno dan astaga, kontol itu benar-benar terlihat keras dan aku akan merasakannya sebentar lagi. Dengan kontol seperti itu, aku siap dientot dia kapan aja, termasuk sekarang. Aku segera memposisikan diriku agar dia bisa mengentotku dengan mudah.

Sekarang saatnya, tanpa basa-basi Darno langsung menekan kontolnya ke dalam lobangku. Aku menarik nafas berusaha menahan sakit saat separuh batang kontolnya masuk. Tukang bertubuh tinggi itu terlihat antusias dengan masuknya kontol Darno. Dia berkali-kali menatapku saat Darno sedang menekan kontolnya masuk. “Seret no..” tanyanya. Darno mengangguk dengan ekpresi muka sedang berusaha keras memasukkan kontolnya. “Gila nih lobang sempit bener,” katanya. “Coba kamu pilin pelan-pelan batangmu, pasti bisa,” Wiwit memberi saran.

Bener-bener gila sensasi nikmatnya. Dua laki-laki jantan berbadan tegap dengan kontol ngaceng teracung-acung sedang membantu kontol temannya yang juga jantan dan besar masuk ke lobangku. Melihat Darno kesusahan, aku lebarkan kedua kakiku agar lobangku semakin terbuka dan dia bisa masuk dengan lebih mudah. Keringat mengucur dari wajah dan badan Darno sehingga dia terlihat jauh lebih seksi dari sebelumnya. Dia menggeol-geolkan kontolnya seperti mata bor dengan jempol diatas batang kontol dan telunjuknya di bawah batang kontol untuk menopang gerakan ngebornya dan … PLOP…!!!! Masuklah kepala kontolnya yang besar itu.

Aku merasa lebih lega dan mulai merasakan rasa sakit lagi, tapi aku nggak bisa berlama-lama merasa sakit karena tiba-tiba dia langsung menimpakan seluruh beratnya ke badanku dan dengan cepat seluruh kontolnya amblas dan ujung kontolnya langsung mengenai sesuatu di dalam lobangku. Aku menjerit antara rasa sakit yang tiba-tiba dan rasa enak di dalam lobangku.

Wajahnya penuh dengan peluh dan dia menatapku sambil tersenyum. “Gimana, enak gak kontol gue?” ujarnya sambil menggeol-geolkan lagi pantatnya, sehingga bulu jembutnya yang lebet dan menempel dikulit pantatku terasa menari-nari dan menggelitikku menimbulkan rasa geli dan sensasi nikmat. “Argghhh… shhh… enak…” desisku sambil melonjok-lonjakkan pantatku ke atas. “Udah No, cepetan entot. Dia sepertinya udah nggak sabar.” kata tukang bertubuh tinggi itu.

Darno kemudian menarik keluar batang kontolnya sampai sebatas kepala kontol lalu ditekan lagi masuk. Dia mulai memompaku dan kontolnya terus memompa lobangku dengan kecepatan penuh. Aku seperti merasakan dimasukin mesin bor, tapi rasa enak terus menerus menerpaku. Aku semakin gila-gilaan menggeliat dan berkali-kali menahan diri agar nggak cepat keluar karena entotannya bener-bener enak. Dia terus mendengus dan memompaku. Dia tersenyum saat melihat ekspresi wajahku yang keenakan. “Gimana enak kan entotan gue?” tanya sambil terus ngentotku. “Ahhh setan …!! enak banget kontol lo… entot gue lebih keras .. ayo…” aku semakin liar. “Nih lo rasain sendiri,” katanya. Dia sama sekali nggak main-main, kontolnya ditusukkan dengan sangat kuat ke lobangku karena tenaga kulinya yang luar biasa. Aku betul-betul terengah-engah… “Terus … terus … ahhh enak…” ujarku.

Tukang bertubuh tinggi itu memposisikan dirinya seperti sedang push-up dengan kedua biji pelernya yang menggantung itu menempel di bibirku dan batang pelernya menempel melebihi daguku, sementara kepalanya menghadap Darno yang sedang mengentotku. “Tenang aja kang, nanti juga dapet giliran …” kata Darno saat melihat tukang bertubuh tinggi itu memperhatikan entotannya. “Akhhh …. enak sekali … arhhhh” Aku menjilati kedua telur terbungkus jembut itu, rasanya enak sekali. Aroma khas laki-lakinya membuatku semakin bergairah, belum lagi entotan Darno, aku terus mengelinjang keenakan.

Kulihat Wiwit duduk dilantai sambil ngocok kontolnya yang gede itu dan dia tersenyum saat melihatku sedang menatapnya. Aku benar-benar ingin kontol dan entah apa yang mempengaruhi otakku, tiba-tiba aku berkata “Ngentot berdua aja..” ujarku dengan susah payah. “Ayo masukin satu kontol lagi ke lobang gue,” Darno menghentikan entotannya. “Gila lo, mana bisa… satu aja masuk susah apalagi dua.” katanya. “Bisa,” ujarku. “Ayo gue udah nggak sabar pengen kontol lagi.” “Ya udah biar aku coba aja,” ujar Wiwit yang sepertinya juga nggak sabar pengen ngentot aku lagi.

Darno menarikku dan menaikkan ku ke tubuhnya sehingga dia dalam posisi menggendongku, tapi kontolnya tetep masih di lobangku. Aku rebahkan kepalaku dibahunya. Enak sekali sensasi ini, digendong laki-laki jantan dan kontolnya menancap keras di lobangku. Wiwit merebahkan tubuhnya, lalu Darno menurunkan aku. Dia memutar aku sehingga posisiku berganti dan wajahku menghadap wajah Wiwit. Aku rendahkan tubuhku dan tukang bertubuh tinggi itu tiba-tiba membantu dengan memegangkan batang kontol Wiwit yang sudah ngaceng itu dan mengarahkannya ke lobangku.

“Arghhh…” Erang Wiwit saat tukang bertubuh tinggi itu memegang kontolnya dan mengarahkan ke lobangku. Lalu Wiwit mendesakkan batang kontolnya. Karena lobangku sudah terbuka oleh kontol Darno dengan mudah kontol Wiwit masuk. “Ah… enak … ayo mulai entot gue … ayo cepet…” aku membakar gairah mereka. Darno langsung tancap gas begitu juga Wiwit. Dua kontol laki-laki jantan itu beradu di dalam lobangku. Aku berniat mengisap kontol tukang bertubuh tinggi itu, tapi dia menolaknya. “Jangan, nanti aku ngencrot di mulut kamu lagi. Aku mau ngentot kamu dulu,”

Aku yakin mereka berdua yang sedang mengentotiku ini juga merasakan sensasi lain selain enaknya mengentotku, yaitu gesekan antara batang kontol mereka sendiri. Gerakan mereka semakin liar, terutama Darno sampai-sampai Wiwit bilang agar Darno jangan terlalu kuat ngentotku karena susah buat dia mengimbangi. Tapi Darno tak perduli dan aku merasakan batang kontolnya semakin mengembang… “Argghhhh… SETAN …!!!!!” teriak Darno. Dan … CROT … CROT …. CROT, semprotan demi semprotan pejuh Darno memenuhi lobangku dan karena lobangku juga ada kontol lainnya, pejuh Darno meleleh keluar dan turun lewat batang kontol Wiwit dan membasahi jembut Wiwit. “Arghh .. pejuh kamu anget bener no, sialan kena kontolku sama pejuhmu,” ujar Wiwit. Darno hanya tersenyum saja. Sementara tubuhku sudah penuh peluh dan aku dirasuki rasa enak yang amat sangat.

Tukang bertubuh tinggi itu segera ambil kesempatan, dia menarik Darno. “Cepet lah .. aku dah nggak tahan,” Lalu kontol Darno tercabut dari lobangku dan dengan kasar dia menggantikannya. Kontol itu dengan cepat masuk dan ia langsung memompaku. Bunyi kecipak-kecipok dalam lobang pantatku yang penuh dengan sisa-sisa pejuh Darno di rojok oleh dua kontol menimbulkan rasa nikmat yang tak bisa aku tahan.

Kontolku menggembung dan kemudian aku mengerang keras … aku nggak bisa menahan diri lagi. CROT…CROT .. CROT …CROT … Semprotan pejuhku sudah tak karuan arahnya, menyemprot kesana kemari aku sudah tak perduli. Badanku bergoyang-goyang dientot dua orang dan aku sendiri kelojotan karena rasa enak yang luar biasa. Sepertinya tadi berliter-liter pejuh menyembur dari lobang kencingku.

Tukang bertubuh tinggi itu rupanya sudah tak tahan dengan apa yang terjadi, dia nggak mau tahu lagi dan dia juga meningkatkan kecepatan entotnya. “Kang pelan-pelan, nanti lecet kontolku,” kata Wiwit. “Bodo…!!” kata tukang bertubuh tinggi itu. Dia melakukan satu hujaman terakhir dan saat seluruh batang kontolnya terbenam dia mengerang keras … “ARGGGGGHHHH …” lolongnya. Kembali lobangku terasa sangat hangat, semburan demi semburan pejuh dari tukang bertubuh tinggi itu memenuhi rongga pantatku.

“Aku juga mau ngecrot…” ujar Wiwit dengan suara tersengal-sengal. “Jangan dikeluarin di dalam,” ujarku cepat. “Keluarin dimulutku, ayo cepat.” Wiwit bereaksi dengan langsung mencabut kontolnya dari lobangku dan berdiri menghampiri mulutku. Batang dan kepala kontolnya penuh dengan pejuh dari Darno dan tukang bertubuh tinggi itu, dan aku sangat senang karena ini yang kuinginkan. Pejuh dua orang yang tadi mengentotku sudah bersatu.

Aku segera menyambar batang kontol nan licin itu dan memasukkannya di mulutku dan kukenyot-kenyot. “Aw… Argghhh .. Arghhhh…” erang Wiwit tak karuan. Tak lama … Crottttttt satu, tiga, lima , tujuh … sembilan semprotan keluar dari lobang kencingnya dan semua aku telan. Ahhh bener-bener enak. Aku keluarkan batang kontol itu dari mulutku dan terus aku jilat-jilat untuk membersihkan sisa-sisa pejuh di sekujur batang kontolnya sampai kering tak bersisa.

“Gila bener-bener entotan yang hebat,” ujarnya Wiwit masih dengan nafas yang tersengal-sengal. “Kontol kalian semua tuh yang sedep bener,” “Kamu suka nelen pejuh yah?” “Suka mas, enak sih.. apalagi pejuh dari kontol-kontol gede dan jantan seperti kontol kalian.” Dia tersenyum. “Besok kita entot kamu lagi mau gak?” Aku mengangguk bahagia ngebayangin kontol-kontol besar ini bakal ngentotku lagi. “Kalo bisa sih bawa beberapa kontol lagi ya …” ujarku.

Aku, Teman Gank-ku dan Para Taruna

Aku mempunyai gank (perkumpulan) di kampus. Mereka sering berkumpul di tempat kosku hanya untuk mengobrol atau mengerjakan tugas. Salah satu dari mereka bernama Aji, dia anak asli kota Y*** (edited), tetapi rumahnya jauh, sehingga jarang sekali pulang dan sering tidur di tempatku. Aji orangnya ganteng dan mempunyai badan bagus, apalagi kalau dia memakai celana jeans yang ketat, pantatnya yang berisi dan tonjolan di antara kedua pahanya membuat hatiku berdebar-debar.

Seperti biasanya, dia memakai jeans ketat dan baju ketat. Badannya yang bagus terlihat jelas, apalagi tonjolan di antara kedua pahanya. Malam itu dia tidak pulang karena kecapaian sehabis mengerjakan tugas. Kami sama-sama tertidur pulas, namun tengah malam aku terbangun karena ingin pipis. Setelah dari kamar mandi, tanpa sengaja mataku tertuju pada tonjolan di antara kedua pahanya yang kelihatan besar. Aku jadi tidak bisa tidur, dengan hati-hati kuletakkan tanganku di atas tonjolan itu. Kuusap pelan-pelan karena takut dia terbangun. Aku belum berani bertindak lebih jauh lagi.

Dua hari setelah itu, dia tidur di tempatku lagi. Kupikir ini kesempatanku untuk lebih mengetahui, karena sebelumnya aku hanya mengelus dari luar saja. Setelah dia tidur, aku tidak bisa tidur dan kira-kira dia sudah pulas, perlahan kuraba lagi tonjolan itu dari luar. Aku merasakan tonjolan itu semakin membesar, aku semakin penasaran, dengan hati-hati kubuka resleting celananya. Kususupkan jari-jariku, aku lebih merasakan denyutan rudalnya dibandingkan dengan yang sebelumnya. Rupanya dia sudah terangsang. Aku semakin berani, perlahan kubuka CD-nya dan langsung saja rudalnya melesat keluar. Lama kupandangi batang kejantanan yang besar dan panjangnya 16 cm itu. Dengan perlahan dan hati-hati, kuusap ujung rudalnya karena takut dia nanti terbangun. Lama sekai kuusap-usap kepala batang kemaluannya, tiba-tiba dia terbangun karean kaget.

"Fi, lagi ngapain kamu?" tanyanya sambil menutupi batang kejantanannya dengan selimut.
Aku kaget sekali, "Ji, maafkan aku. Tolong ya jangan bilang siapa-siapa mengenai hal ini!" pintaku.
"Baiklah aku ngga akan ngomong-ngomong, tapi ada syaratnya!" katanya.
"Apa?" tanyaku.
Dia mendekat dan berbisik di telingaku, "Puaskan aku!"
Aku terkejut mendengarnya, "Apa?" tanyaku.
"Ya, buka bajumu dan puaskan aku sekarang!" katanya sambil melepas seluruh bajunya.
Tanpa menunggu perintahnya lagi, aku segera melepas bajuku dan langsung menciumnya.
Dia membalas ciumanku dan berbisik, "Lain kali ngomong dong, jangan seperti maling."
Aku hanya tersenyum saja.

Kami langsung mengambil posisi 69. Kulumat dan kuhisap batang kemaluannya yang besar itu. Dia melakukan hal yang sama pada senjata kejantananku. Lumatan dan hisapannya enak juga. Entah berapa lama hal itu terjadi sampai akhirnya aku merasakan cairan hangat melewati kerongkonganku. Nikmat sekali. Tidak berapa lama, aku juga mencapai puncaknya.
"Croot.. croot.. croot.." lahar panas kumuntahkan ke kerongkongannya.
Nikmat sekali, masih kulihat dia menjilati sisa-sisanya di ujung rudalku.
"Makasih Fi, kamu betul-betul hebat" katanya.
Aku hanya tersenyum dan akhirnya kami berpelukan dan tertidur pulas.

Akhirnya masa ujian selesai juga. Kami satu gank berencana jalan-jalan. Setelah berdiskusi, akhirnya kami sepakat untuk pergi ke Tawangmangu. Kupikir, wah asyik juga nih karena di sana kan dingin.
Aku berkata sama Aji, "Ji, di sana kan dingin, pasti enak buat main."
"Iya sih.." jawabnya, "Tapi kan banyak temen-temen." katanya lagi.
"Ya, sebisanya kita atur lah." kataku.
Akhirnya kami berenam berangkat ke Tawangmangu. Kebetulan di bumi perkemahan hanya ada beberapa tenda, itu pun berjauhan. Aku dan Aji sudah mempunyai rencana untuk ML (Making Love) di sana.

Malam harinya, setelah kami makan seadanya, kami buat api unggun. Udara malam itu cukup dingin, sampai akhirnya karena dingin sekali, kami sepakat untuk masuk ke tenda. Udara dingin itu membuat kami tidak bisa tidur. Kami bercerita, mulai dari cerita yang biasa sampai kepada cerita yang merangsang.
Hingga akhirnya, temanku Anto memotong, "Sayang ya.. ngga ada cewek, dingin-dingin gini enaknya sama cewek."
Si Agus membalas, "Iya ya.., tadi kupikir yang ada di sebelah sana tuh cewek, eh ternyata cowok semua."
Tiba-tiba Aji bicara, "Ngga usah mikirin cewek, kita juga bisa saling menghangatkan."
Aku terkejut mendengarnya. Begitu juga teman-temanku yang lain, namun mereka tidak protes.
Tiba-tiba Anto sudah membuka bajunya sambil berkata, "Ayolah, daripada ngga ada cewek."
Agus mengikutinya sambil berkata, "Iya.. anggap aja variasi, dari pada kita kedinginan."

Setelah itu, empat orang yang lain sudah membuka baju dan memilih pasangan. Karena aku sudah pernah main dengan Aji, sengaja aku tidak memilih dengan dia. Begitu juga dengan dia, Aji paham dengan apa yang kulakukan. Aku memilih Anto, sedangkan Aji dengan Agus dan Aryo dengan Adit. Dibanding Aji, Anto lebih besar badannya. Aku dan Anto sudah saling membuka celana serta CD kami, begitu juga dua pasangan yang lain sudah mulai bermain saling menghangatkan tubuh. Aku kaget sekali, gila.. rudalnya Anto besar sekali, lebih besar dan panjang dibandingkan dengan punyaku. Aku menjadi semakin bergairah dan langsung ingin melumatnya, Anto mengerang keenakan. Kulihat yang lain sudah pada posisi 69. Aku akhirnya melakukan hal yang sama, batang kemaluanku dihisap dan dimainkan dengan ganasnya oleh Anto. Kumainkan lubang anusnya, Anto mengeluh kenikmatan. Anto memintaku untuk memasukkan batang kemaluanku ke anusnya, mulanya aku menolak, namun setelah dia memaksa dan aku juga melihat yang lain melakukan hal yang sama, akhirnya aku memasukkan abatang kemaluanku ke anusnya.

Kubasahi batang kemaluanku dengan air ludahku, kurangsang anusnya. Setelah dua jariku masuk perlahan, aku mulai mencoba memasukkan batang kemaluanku, mulanya sulit sekali. Dia juga kesakitan, dengan susah payah akhirnya masuk juga. Kudorong maju mundur, gila.. nikmat juga anus Anto.
Lama aku menganalnya, sampai akhirnya, "To, aku mau keluar.." kataku.
"Keluarkan di dalam aja Fi!" pintanya.
Aku dorong terus batang kemaluanku, tanganku juga tidak henti-hentinya mengocok batang kejantanannya, sampai akhirnya kami keluar bersamaan. Kucabut batang kemaluanku, kujilati batang kejantanannya yang masih mengeluarkan sisa-sisa sperma.
"Ugh.. nikmat banget." dalam hatiku.

Kulihat kedua pasangan yang lain juga sudah orgasme. Kami berenam tergeletak. Entah siapa lagi yang memulai, kami sudah bertukar pasangan, sampai kami kelelahan, namun dinginnya udara daerah Tawangmangu membuat kami tetap bersemangat. Keesokkan harinya, kami berenam mandi di sungai, tanpa malu-malu lagi, kami saling menggosokkan badan. Saat kami sedang asyik-asyiknya mandi, kami melihat 6 cowok dari tenda sebelah turun ke sungai. Kulihat mereka santai saja melihat apa yang sedang kami lakukan. Mereka mulai membuka baju dan celana dalamnya, lalu mulai mandi. Kupikir mereka pasti anak-anak AKABRI karena kulihat dari potongan rambutnya dan wajahnya yang pendek dan rapi. Jarak kami dengan mereka tidak jauh, jadi aku bisa melihat keindahan tubuh mereka.

Tiba-tiba Anto nyeletuk dan menyapa mereka, "Gimana Mas tidurnya semalam? Kedinginan ya?" tanyanya lagi.
Salah satu dari mereka menjawab, "Iya nih, emang situ ngga?"
"Ngga tuh.." jawab Anto.
Kemudian kami bersama-sama mendekati mereka.
"Mas, di asrama ngga enak ya?" tanyaku.
"Iya nih bosan. Ngga ada ceweknya.." jawab mereka.
"Kami kemah di sini berniat nyari cewek.. eh malah ngga ada.." kata mereka lagi, "Eh, kalian kenapa ngga kedinginan semalaman?" tanya mereka.
"Emang ada setan cewek yang ke tenda kalian?" tanya mereka lagi.
"Ngga tuh.." jawab Agus, "Kami main sendiri." lanjutnya.
"Enak kok..!" sambung Anto.
"Mas mau nyoba?" tanya Aji.
Lama mereka berpikir, lalu salah satu dari mereka mendekat dan berkata, "Baiklah, tapi tolong jaga privasi kami.. Ok..?"

Akhirnya kami memilih pasangan masing-masing, aku dengan cepat menghampiri salah satu dari mereka yang tinggi besar dan kulihat kemaluannya masih tidur tetapi sudah besar. Aku dekati dia, kuraba-raba dadanya yang dipenuhi bulu. Kumainkan putingnya, dia meremas rambutku, rupanya dia sudah mulai terangsang. Kami sepakat untuk naik ke darat. Di tepi sungai, kami melanjutkan aktivitas seks kami. Tanganku mencari-cari sesuatu di sela-sela pahanya, kutemukan batang kejantanannya yang belum tegang betul. Kuusap dengan lembut. Aku turun ke bawah, di depan wajahku telah teracung sebuah rudal yang siap menembakkan pelurunya. Melihat pemandangan tersebut, langsung kumasukkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Gila.. karena terlalu besarnya, sampai tidak muat. Kumainkan lidahku, rupanya dia menikmati permainanku. Rambutku dijambak-jambak olehnya. Dia mengerang kenikmatan. Aku lepaskan lumatanku, dia jongkok. batang kemaluanku dipegang kuat-kuat, perlahan dia lumat dan aku mengerang karena merasa keenakan.

Kucoba lepaskan batang kemaluanku, kemudian kuremas pantatnya dan berbisik padanya, "Aku masukkan ya..?"
Dia hanya menganguk, lalu kuremas pantatnya yang tambun. Kucoba masukkan batang kemaluanku, mulanya sulit, tetapi setelah kucoba berkali-kali, akhirnya masuk juga.
"Blees.." kugoyangkan pinggulku maju mundur.
Dia mengerang kenikamatan. Tanganku terus mengocok batang kejantanannya.
"Fi.. aku mau keluar.." katanya.
"Aku juga.." kataku.
Kugoyang-goyangkan pinggulku makin cepat dan akhirnya kumuntahkan lahar panasku ke lubang anusnya. Selang beberapa saat, dari batang kejantanannya juga keluar cairan hangat. Jauh juga pancarannya tercecer di pinggir sungai.

Kucabut batang kemaluanku dan dia berbisik di telingaku, "Entar malam, aku ke tendamu.. ya..?"
Aku hanya mengangguk. Aku senang sekali, ternyata orang yang selama ini kupikir keras sekali dalam pendidikannya, namun ternyata suka juga bermain dengan cowok. Aku lekas mandi menyusul yang lainnya yang sudah selesai dari tadi. Malamnya, dua tenda itu bergulat untuk mencari kehangatan. Dua malam di Tawangmangu membawa kenikmatan tersendiri. Setibanya kami di kota Yogyakarta, kalau ada kesempatan, kami selalu melakukan secara bergiliran dan bergantian di tempat kos kami. Namun sayang, kami tidak dapat menghubungi para taruna tersebut.

Kursus Singkat yang Menyenangkan

Sebagai junior employee dan baru berkarir di sebuah instansi, aku ditugaskan ikut kursus singkat selama dua bulan di Denpasar, Bali. Ini tentu menggembirakan. Bayanganku, di Bali pasti mudah menemukan yang indah-indah. Oleh karenanya keberangkatanku ini kusiapkan sebaik mungkin. Dari Balikpapan dan transit di Surabaya bagiku cukup untuk istirahat dan membuatku tertidur sesaat, sampai ban Airbus itu menggerinyit mencium landasan pacu Juanda, aku tersentak dari tidurku. Beberapa saat kami melanjutkan lagi penerbangan ke Denpasar. Ketika pesawatku mendarat, ah, bau dupa setanggi itu begitu nyata di hadapanku. Kini aku menginjak pulau Bali, pulau para dewa berada, dan pulau surga di Indonesia.
"Benarkah? Denpasar, aku datang..!" seruku dalam hati, give me your best service.
Aku telah lama mendambakan menemukan seorang cowok yang macho, atletis, seksi, dan belum disunat. Aku ingin menemukan sensasi baru. Kupikir di Bali inilah akan kudapatkan itu.
"Mungkinkah aku memperoleh itu di sini?" tanyaku dalam hati.

Besoknya, setelah semalam tidur di penginapan, aku mencari kost yang cocok dan menemukannya di Jalan Tukad Banyusari. Aku memperoleh kost yang cukup tenang, dengan keluarga yang hangat dan menyenangkan. Satu per satu anggota keluarganya dikenalkan, sampai pada anaknya yang cowok masih SMA, bernama Nyoman (sebut saja begitu, nama aslinya tidak usah kusebutkan, aku kasihan dengannya, dan yang terpenting, that is our secret, ok). Aku terpana waktu Nyoman menyalamiku. Ia kelihatan biasa-biasa saja, tapi aku merasa jantungku demikian berdebar. Anak itu sangat sopan waktu berkenalan denganku. Ia ganteng, atletis, dengan tinggi sekitar 170 cm, dan yang terpenting dia seksi. Kulihat di seragam abu-abu SMA-nya cukup nyata tonjolan kelelakiannya, membuatku semakin mantap untuk menemukan kehangatan padanya.
"Nyoman, aku harus dapat kamu!" seruku dalam hati.
Ya, aku harus dapatkan dia. Aku jatuh cinta pada Nyoman, pada pandangan pertama.

Sama keluarga itu aku akrab. Aku juga biasa iseng mencoba menganyam janur yang diperlukan keluarga itu untuk berbagai keperluan, jadinya aku tidak merasa asing. Yang paling kurasakan sulit di sana adalah soal makan. Untuk itu biasanya sekitar jam 7 malam kuajak Nyoman menemaniku makan di sebuah warung yang bersih dan bersuasana nyaman. Aku merasa sangat dekat dengan Nyoman karena setiap kali kuajak, dia tidak pernah menolak. Dengan senang hati aku selalu diboncengnya. Dan aku sangat menikmati memeluknya dari belakang, merasakan kehangatannya. Aku juga suka mengelus pahanya yang kekar dibalut jeans sobek kesukaannya, dan sering pula kusengaja menyentuh bukit cowoknya yang menonjol itu. Nyoman sama sekali tidak mengomentari kenekatanku itu, sehingga aku sering merasa penasaran. Baginya, kenekatanku itu sama sekali no comment.

Beberapa waktu kursus berlangsung, aku mulai diselimuti rasa bosan. Ditambah lagi menu makanan di tempat kursus yang tidak variatif membuatku sangat jenuh. Untuk menanggulanginya, aku mengajak Nyoman berenang, karena sejak kuliah aku memang hobby berenang. Sejak aku mulai kerja, aku agak jarang berenang. Nyoman kemudian bersedia. Kami janjian berenang pada hari Minggu. Selama berenang aku sering menatap tubuhnya yang atletis dan seksi dengan mencuri-curi, yang saat itu hanya dililit celana renang yang ketat menonjolkan kelelakiannya. Aku meneguk liur setiap kali ia naik ke pinggir kolam untuk istirahat.

Setelah kami cukup puas berenang, kami ke kamar ganti. Di situ, aku menemukan sebagian dari apa yang kuidamkan pada Nyoman. Kami sama-sama bugil waktu ganti, dan rupanya itu hal biasa di Bali. Aku tidak dapat menahan gejolakku pada Nyoman ketika kulihat penisnya yang panjang dengan kulup menjulur keriput. Aku begitu bernafsu menyentuh penisnya dengan lembut.
Nyoman hanya berkomentar singkat, "Ah, Kak Rafael nakal," katanya sambil memegang tanganku sopan.
"Nyoman, burungmu masih punya kulup ya?" godaku, walau aku tahu mayoritas orang Bali tidak disunat.
Ia tersenyum, "Iya, di sini cowoknya rata-rata kami tidak disunat, lho," katanya meyakinkanku.
Aku mengangguk, seakan-akan memahami perkataannya. Di hatiku aku merasa idamanku akan terwujud sebentar lagi. Kuputar otak untuk merayu Nyoman.
"Man, nanti kita makan di warung yang biasa ya, habis itu pulang. Aku tidak enak badan nih," kataku memulai aksiku.
Nyoman kemudian memboncengku.

Malamnya aku cepat masuk kamar, kubilang aku masuk angin. Tidak disangka, Ibu Nyoman malah menyuruh si Nyoman ngerokin aku.
"Wow, thaks Mom.." seruku dalam hati.
Aku buru-buru masuk dan merebahkan diri di kasur.
"Kakak, mau enggak nih, Nyoman kerokin," katanya waktu membuka pintu kamarku.
"Ehm.., kamu tidak capek, Man?" tanyaku berpura-pura.
"Capek sedikit sih, tapi kan kasihan kakak, besok harus ikut kegiatan. Saya kan sekolah siang, jadi masih bisa nambah istirahat," katanya meyakinkan.
"Gini aja, Man, kamu tidak usah ngerokin kakak, ya. Kamu cukup pijitin aja deh punggung kakak.." kataku.
Nyoman menurut.

Aku kemudian menelungkupkan badanku, dan Nyoman berdiri di samping ranjang, memijit-mijit otot punggungku. Setelah beberapa menit, kurasakan pijitannya mengendor.
"Kamu capek ya Man?" tanyaku.
"Kalo kamu capek berdiri, dudukin aja badan kakak," kataku.
Nyoman menurut. Didudukinya pahaku, lalu dia memijat badanku. Aku merasakan tonjolan penisnya yang besar itu menyentuh pantatku, menimbulkan getaran yang sensasional. Aku membayangkan betapa nikmatnya bercinta dengan Nyoman. Aku terhanyut dalam ngantukku sesaat. Tiba-tiba aku terjaga dan kurasakan nafasku agak sesak karena menelungkup cukup lama. Kusuruh Nyoman turun dari badanku, dan aku membalikkan badan.
"Udahan nih?" tanyanya.
Aku mengangguk mengiyakan, "Iya, tapi Nyoman temenin Kakak tidur di sini, ya!" pintaku.
Nyoman mengangguk, sambil membaringkan badannya di ranjang.

Malam itu aku tidak dapat tidur. Nyoman kelihatannya sudah jauh meninggalkanku, dalam kenikmatan bertemu sang dewi malam, dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengelus, meraba dan meremas semua apa yang ada pada Nyoman.

Pada saat menjelang dini hari, setelah kupuas menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya yang kekar, aku membisik di telinganya.
"Man, kakak boleh peluk kamu, tidak?" bisikku mengganggu tidurnya.
"Aaah, Kak Rafael nakal lagi. Kalau mau peluk aja Nyoman, tapi Nyoman terus tidur ya!" katanya.
Yes! Nikmat betul memeluk cowok yang kudamba selama berhari-hari, malam itu. Eh, rupanya Nyoman tidak bisa tidur lagi setelah kuganggu. Tangannya kurasakan bergerak-gerak terus, tapi aku tidak peduli. Tanganku mulai menggerayang lagi, kali ini lebih intens ke arah paha, pinggul dan pusarnya. Nafas Nyoman terdengar memburu.

"Kamu tidak tidur ya Man?" Nyoman mengangguk.
Lalu aku kembali memulai aksiku.
"Man, aku pingin sebenarnya dapat cewek Bali," kataku memancing.
"Tapi Kak Raf tidak punya kesempatan banyak, sekarang sudah sedikit waktu lagi, kakak harus kembali. Kalo tidak dapat cewek Bali, gimana kalo cowoknya aja," kataku merayunya.
Nyoman senyum aja, ketika tanganku mulai meraba puting susunya. Aku tambah nekat melihat reaksinya yang pasrah. Kuangkat bajunya, lalu kupelukkan tanganku melalui bawah tengkuknya sehingga kedua tanganku bebas memainkan kedua puting susunya yang kurasakan mengeras. Nyoman kemudian mengusap-usap kedua tanganku. Aku makin nekat. Kutarik ia menghadapku, lalu aku melumatkan ciuman yang menggetarkan ke pipi dan mulutnya tanpa ampun. Lidahnya ikut menari-nari bermain dengan lidahku.
"Nyoman, kamu mau kan, kalo kakak minta kamu mesra-mesraan lebih dari ini sama kakak," kataku memintanya. Nyoman mengangguk dengan mata terpejam. Rupa-rupanya Nyoman sudah benar-benar horny saat itu. Kupikir, inilah saatnya aku leading Nyomanku itu.

Perlahan kukecup lagi kening dan pipinya. Kubuka bajuku dan bajunya yang sudah basah oleh keringat. Kutelusuri badannya dengan bibirku, perlahan, penuh penghayatan, mulai lehernya yang berpeluh, kemudian kedua puting susunya, lalu aku menurunkan kecupan mesraku ke arah perutnya yang menunjukkan kekekaran ototnya, lalu ke arah pinggangnya. Nyoman menggeliat geli, tapi tetap menikmati sentuhan mesraku itu.
"Kak, Nyoman mau diapain sih sama kakak," katanya memelas.
Di telingaku, kalimatnya itu sungguh menggairahkanku.
"Ehm, kakak cuma mau membagi kemesraan dan kehangatan yang kakak punyai," tegasku.
Celana kulotnya yang longgar perlahan kutarik.
"Ehm, gluk" aku meneguk liur. CD-nya kulihat begitu minim, sampai bulu-bulu penghias penisnya merebak keluar. Lalu dengan masih tetap memakai CD, kuciumi sekitar penisnya. Tonjolan lelakinya kelihatan begitu nyata. Bau smegma-nya merebak bercampur bau keringatnya yang rada kecut membuatku semakin penasaran.

Setelah CD-nya basah oleh liurku, perlahan kutarik. Ah, penisnya yang besar itu sudah tegak sekali.
"Kakak, Nyoman mau," bisik Nyoman.
Aku bangkit dan menarik pakaiannya, sehingga ia jadi bugil. Kuminta ia menjulurkan kakinya ke bawah sambil berbaring di pinggir kasur dan mengangkangkan pahanya. Bulu kakinya yang merebak tumbuh di sekitar paha dan penisnya itu menambah gairahku. Penisnya tampak tegang, tapi kepalanya masih terkulum kulup. Ah, penis yang sempurna. Dengan panjang sekitar 17 cm, penis itu nampak begitu mempesona. Cepat kulumatkan lidahku ke bawah batang penisnya.
"Emm, ahh," desah Nyoman tidak karuan.

Kemudian ketika kulupnya kusentuh dengan ujung lidahku, tangannya gelagapan mencari pegangan. Tanganku menarik kulupnya ke arah belakang penisnya, hingga kepalanya yang merah dan besar itu keluar. Kulihat ada smegma di sisi bawah kepala penisnya, dan dengan tisu basah kuseka kepala penisnya itu beberapa kali, gently. Nyoman meregang-regangkan badannya, merasa geli dan nikmat. Lalu dengan sigap kukulum lagi penisnya, dan kumainkan lidahku memelintir penisnya.
"Oh, Kakak, Nyoman ahh.. ehmm," ia betul-betul tidak sanggup berkata-kata lagi ketika merasakan kulumanku.
Butir-butir keringat memercik di paha dan selangkangannya, dan telapak kakinya terasa merengkuh pundakku.

"Kakak, Nyoman udah hampir nih," katanya.
Ah, puncak itu hampir kunikmati sekarang. Aku terus mengulum dan menarikan lidahku di penisnya.
"Ahmm.. ahh.. Kak Raf, Kakak.. ah, Kakak, Nyoman mau keluar nih," jerit Nyoman lirih tertahan, dan sesaat, "Crit.. crit.. crit.." kurasakan luncuran segumpal sperma hangat masuk ke kerongkonganku.
Cepat kureguk curahan sperma Nyoman yang berikutnya, yang berikutnya, terus, terus, terus, aduh, begitu banyaknya, sampai kemudian aku menjilatkan lidahku pada tetes terakhirnya. Ah, betapa nikmatnya. Amis dan kental. Rasa yang sangat kusuka. Penisnya yang keras itu menjadi mengkilat akibat jilatan lidahku yang basah. Aku terhenyak merapat ke sisi badannya. Tanganku kemudian mengusap celanaku, menggesek-gesekkan penisku. Perlahan penis itu menegang dalam sangkarnya.

"Nyoman, suck me, please!" pintaku.
Nyoman yang setengah lemas bangkit dan memulai permainannya. Bibirku adalah awal sasaran kegemesannya. Lidahku dibuat terkulai oleh permainan lidahnya. Perlahan kemudian leher dan tengkukku digeseknya dengan jenggotnya yang mulai tumbuh setelah dicukur dua hari lalu. Terasa kasar, tapi aku enjoy sekali.
"Ehmm, Nyoman, gesek yang lembut ya," pintaku.
Nyoman meneruskan aksinya ke arah perutku yang sensitif. Aku tersentak geli. Nyoman tanpa kuduga kemudian dengan cepat ia memelorotkan celana dan CD-ku, sehingga aku bugil. Penisku yang setengah berdiri dielusnya dengan lembut, lalu diciuminya bagian bawah penisku itu. Keruan saja aku mengerang merasakan kenikmatan yang memang sudah membara.

Nyoman kemudian mengocok penisku perlahan sampai ia jadi keras. Dikulumnya penisku itu, sehingga aku menggelinjang kuat. Penisku betul-betul erect dan menunjukkan kekekarannya. Woow, tak kusangka, Nyoman yang kukira hijau ini, ternyata sanggup bermain oral, permainan favoritku.
"Ah, punya kakak ternyata gede juga nih," katanya.
Ya, dengan panjang sekitar 16 cm, punyaku memang rada kecil dibandingkan punya Nyoman, tapi, itu tidak masalah. Aku sudah sangat terbuai dengan permainan hangat Nyoman. Nyoman dengan cepat menyedot penisku, sampai "Aaah.. Emm.." Spermaku muncrat ke bibir dan pipinya. Nyoman mendekatkan wajahnya ke wajahku.
"Kak Raf, bersihin dong!" pintanya.
Aku melumat bibirnya yang basah oleh spermaku, kujilat cairanku itu, "Eem.., nikmat sekali."

"Man, trims ya. Kakak udah ngutang padamu Man," kataku berbisik.
Nyoman kelihatan sangat capek. Ia hanya mengangguk perlahan.
"Ah, biarkan saja dia menikmati tidurnya itu," pikirku dalam hati.
Kami akhirnya tidur lelap.

Dua malam kemudian Nyoman masuk ke kamarku lagi. Dia menanyakan jalan pemecahan untuk PR matematika. Dengan senang hati kukabulkan permintaannya. Setelah itu ia berdiri dan dengan nakal menggelitikkan jarinya yang kekar ke arah pinggangku.
"Trims ya Kak," katanya.
Kupikir Nyoman mau keluar kamarku setelah itu, tapi ia kemudian malah berbaring di ranjangku.
"Kakak, Nyoman mau tanya nih," katanya.
"Mau tidak Kakak merasakan lagi apa kita rasakan kemarin?"
Aku tersentak kaget.
"Eh, Kakak mau dong," jawabku.
"Tapi.."
"Tidak tapi-tapian!"
"Kakak kan bilang, Kakak udah ngutang sama Nyoman, kan? nah, sekarang Kakak harus bayar. OK, ya, mau?"
Aku mengangguk. Tiba- iba pintu kamar ditutup dan dikuncinya.

"Kak, malam ini biarkan Nyoman menunjukkan bahwa Nyoman juga bisa," katanya.
Lalu tangannya dengan sigap menarik bajuku, hampir memaksa, lalu celana jeansku, lalu CD-ku. Ah, Nyoman begitu paham memainkan aksinya di seluruh badanku seperti yang sangat kuimpikan. Di tengah permainan itu Nyoman mulai membuka pakaiannya. Penisnya yang menjulur panjang itu membuat darahku mendidih. Kurasakan pelukan liarnya di badanku menunjukkan gairahnya yang memuncak. Aku disodorinya satu tube lotion, lalu kuoleskan di selangkangannya.
"Fuck me, Rafaelku!" bisiknya.
Kuusapkan lotion itu pada kepala penisku yang menegang dan pada lobang anusnya. Lalu, jari tengahku kumasukkan perlahan untuk membuka anusnya yang kurasakan sangat sempit. "Ssrejj.." kumulai penetrasi tangankuku. So slowly, but sure. Satu jari, lalu lama-lama, dua jari. Nyoman merintih. Nampaknya, ini sodomi pertamanya.

Setelah anusnya cukup membuka, penisku kudorong perlahan, lalu kugoyang.
"Kakak, goyang yang keras, terus.. terus.." katanya berbisik.
Aku memainkan penisku maju mundur, dan mengocok penis Nyoman yang kurasakan sangat keras. Bunyi kulup waktu dikocok jelas terdengar, "Clup, clup.. clup.. clup.."
Suasana itu begitu menegangkanku, hingga spermaku kurasakan mau keluar.
"Man, aku mau sampai nih," desahku lirih.
Nyoman mendorong tubuhku dan melepaskan penetrasiku, lalu dikulumnya penisku, disedotnya, dan lidahnya dimainkannya menari-nari memainkan batang penisku yang sangat erect itu.
"Ahh.." jeritku.
Tanganku mencengkeram pinggir kasur dengan kuat ketika spermaku memuncrat dari penisku. Nyoman malam ini tidak mau lagi menyisakan tumpahnya spermaku barang setetespun. Cairan nikmat itu dijilatnya sampai bersih.
"Ahh.. mm.." aku mendesah.

Nyoman menarik rambutku. Ia mengangkang di sisi kepalaku, sambil tangannya mengocok penisnya yang kulihat sama erect-nya dengan penisku tadi.
"Kak, spermaku nanti dijilat lagi ya!" pintanya.
Tidak lama kemudian, kurasakan cipratan hangat spermanya di bibirku. Aku membuka mulutku, untuk menunggu curahan selanjutnya. Nyoman merintih lirih di sisiku. Kuraih batang penisnya, lalu kusedot lembut. Ia menggelinjang liar. Ia lemas. Kemudian badannya direbahkannya menindihku. Kepalanya terkulai sambil mencium penisku yang sudah loyo dari tadi. Ia memelukku dalam posisi 69. Kembali kami tertidur hingga pagi.

Pagi itu kubangunkan ia dari tidur lelapnya.
"Man, udah pagi nih," bisikku.
Aku bergegas mandi. Ia menggeliatkan badannya ketika aku masuk lagi ke kamar.
Kubisiki kupingnya, "Nyoman, Kak Rafael ternyata tidak salah pilih kost, kost Nyoman ini penuh layanan, dan nanti jadi kenangan manis," kataku merayunya.
Nyoman tersenyum. "Kak Rafael, sebetulnya kakak juga memberikan kenangan manis sama Nyoman," katanya.
"Kakak udah benar-benar mengajarkan bagaimana seharusnya Nyoman melayani Kakak. Nyoman belajar banyak sama Kakak. Itu juga jadi kenangan manis buat Nyoman," katanya.

Tidak terasa dua bulan telah lewat. Kursusku kurampungkan tepat pada waktunya. Ketika aku akan berangkat kembali ke Balikpapan, aku sekali lagi minta kehangatan Nyoman, agar jadi kenangan indahku. Yah, kami kemudian memainkan lagi permainan cinta yang mempesona itu. Bagai dua pengembara yang dahaga, kami mereguk cinta itu sepuasnya. Mereguk madu amis dan kental kami.

Believe it. It's my true story. Tell me what do you think about it, just in my e-mail. OK! Lima e-mail pertama yang mencantumkan nama dan alamat pengirim yang jelas, akan saya kirimin cinderamata khas daerahku. Sure! Saat ini aku ada di Bandung.

Lima Batang Sehari

Hari ini aku libur sehingga hatiku serasa berbunga bunga, hari ini juga aku ada janji untuk mengunjungi teman baruku bernama Ferry Ferry memang seorang pribadi yang menarik dengan keramahannya yang menggoda Pertemuan dengannya terjadi seminggu yang lalu saat aku lagi jalan sendirian ke pusat perbelanjaan di palaguna alun alun Bandung.

Sebelumnya aku nggak menyadari kalo ada seseorang yang memperhatikanku, baru kusadari ketika orang ini mengikutiku ketika aku jalan keluar dari tempat perbelanjaan ini sampai akhirnya berbasa basi untuk berkenalan. Wajahnya sih biasa biasa saja namun nggak mengecewakan, hanya yang aku sukai darinya adalah saat melihat otot otot biseps tangannya yang terlatih itu yang membikin aku horny, ah aku sudah membayangkan betapa nikmat di peluk oleh tangan kekar seperti itu.

Setelah mandi dan berpakaian santai setengah formal aku bergegas menuju jalan untuk menyetop taksi menuju rumah Ferry. Tak susah menemukan alamatnya di perumahan Sanggar Hurip ini kemudian kuketuk pintunya tak lama kemudian Ferry muncul dengan masih mengenakan handuk di pinggang entahlah dia sengaja begitu atau memang benar benar habis mandi. Aku terkesiap melihat bentu badannya yang betul betul indah dengan dada bidangnya dan otot otot yang terbentuk dengan alami, saking terkesiapnya jadi nggak sempat mengucapkan salam selamat pagi.
"Loh kok bengong begitu sih", kata Ferry sambil tersenyum manis.
"Enggak kok, hanya..", kataku tak meneruskan kalimat.

Kemudian Ferry mempersilakanku masuk ke rumahnya. Aku menunggu di ruang tamu, tak lama kemudian Ferry memintaku pindah ke kamarnya, begitu masuk kamarnya kulihat Ferry udah telanjang bulat dengan batang kemaluannya yang udah mengeras siap tempur dan tanpa basa basi lagi langsung melumat bibirku tanpa sempat aku bertanya lagi.

Dengan cepatnya dia melucuti pakaianku yang mana saat itupun diriku sudah terbawa aliran permainan Ferry, saling melumat, saling menjilat, saling menghisap berlangsung intense hingga saat Ferry meminta penetrasi ke lubang kenikmatannya. Ferry menuntun rudalku menembus lubang kenikmatannya setelah melumurinya dengan pelumas, perlahan punyaku masuk menembus lubang Ferry sampai semuanya terbenam dan terhisap olehnya, owh.. aku terpejam menikmati saat saat seperti ini.

Ferry memberikan sensasi kenikmatan luar biasa saat kumaju mundurkan punya ku dengan hentakan hentakan kuat namun lembut, alangkah pintarnya dia mempermainkan punyaku di lubangnya dengan gerakan otot ototnya yang lincah dan menggigit. Kami terhanyut dalam permainan yang indah ini, aku berusaha memberikan sesuatu yang terbaik buat Ferry dengan tusukan tusukan mautku yang memberikan efek hebat buatnya.

Aku dan Ferry mendesah dengan hebatnya dan kami nggak peduli lagi dengan lingkungan sekitar karena saat itu harus menjadi momen yang khusus buat kami. Sampai saatnya rasa nikmat itu datang memuncak dan mencapai klimaksnya dan gerakan gerakan yang semakin cepat, lalu "oh.. oh.. oh..", crot.. crot.. crot.. menyemburlah lava panasku membanjiri lubang kenikmatan Ferry yang di saat sama juga ternyata Ferry sudah mencapai puncaknya lalu kami terkulai lemas untuk beberapa saat.

*****

Pukul 11.00

Aku pamitan ke Ferry karena saat itu aku ada keperluan ke bank untuk membayar aneka macam tagihan lagipula Ferry harus mengantar adiknya pergi ke suatu tempat. Setelah semua urusan di bank selesai aku menuju salon rambut untuk di potong berhubung rambutku sudah agak gondrong lagi pula enak kali di creambath dan di massage setelah cape bertempur dengan Ferry tadi.

Pandanganku tertuju pada suatu sosok yang baru kali ini kulihat, ah ternyata karyawan baru di sana dengan potongan rambut pendek, berkulit putih, bodinya lumayan atletis, juga benar benar tampan namun yang paling kusukai darinya adalah ternyata dia sangat maskulin sekali, setelah kutanya ternyata namanya Asep dari Bandung. Singkat kata rambutku terpotong sudah lalu aku masuk ke ruangan massage yang sudah tertata rapih dan bersih. Asep memintaku membuka baju dan celana yang tertinggal hanya celana dalamku saja saat itu, acara pemijatan pun berlangsung dengan memakai cream pijat khusus, ah enak sekali rasanya pijatan asep yang seakan mengangkat ku ke awang awang.

Tanpa kusadari punyaku sudah tegang saat pijatan pijatan asep menyetuh bagian bagian sensitifku di sekitar paha namun asep cuek aja meneruskan pijatannya. Geloraku semakin memanas saat asep memijat bagian pantatku apalagi saat dia meminta ijin untuk membuka CD ku krn takut kotor oleh cream katanya, lalu asep membuka CD ku dengan senyum manisnya saat melihat punyaku tegang. Tiba tiba saja punyaku sudah di dalam mulutnya asep yang dengan rakusnya menjilati, menyedot, kadang menggigit lembut lalu mengulumnya dengan penuh nafsu.

Aku mengerang, mendesah merasakan kenikmatan yang asep berikan hingga akhirnya pertahananku jebol sudah crot crot crot membanjiri mulutnya asep semua maniku menyeruak ke mulutnya yang kemudian meneguknya tanpa sisa. Asep mengocok punyanya di atas perutku, aku sangat menikmati erangan erangan seksi yang keluar dari mulutnya yang tipis lalu menyemburlah sperma yang kental itu dari punyanya kemudian memeluku dengan eratnya.

*****

Pukul 14.00

Ah setelah bertempur dengan dua dua kali dg orang berbeda tentunya enak tidur siang untuk memulihkan stamina lagipula setelah makan siang emang biasanya ngantuk.

Sepulang dari salon langsung saja mataku tertuju ke tempat tidur dan tak berpa lama aku terlelap sampai suatu ketika bel rumah berbunyi pertanda ada tamu, lumayan aku sudah tertidur selama dua jam sehingga membuat badanku segar kembali. Ku hampiri pintu depan untuk melihat siapa yang bertamu, kulihat tamuku adalah si Yudi anak tetangga sebelah yang baru kelas satu SMA. Anak ini sungguh manis sekali dengan rambut pirangnya itu, walau badannya belum terbentuk namun tonjolan tonjolan ototnya sudah mulai tampak ah aku jadi horny lagi melihatnya.

Kupersilakan Yudi masuk ke kamarku lalu aku pamit untuk mandi sebentar, saat aku asik mandi tiba tiba pintu terkuak yang mana ternyata Yudi masuk ke kamar mandi dengan tanpa busana yang katanya ingin mandi bareng ama aku, tentu aku seneng seneng aja melihat anak manis ini, lalu kutarik ke bawah shower dan kusabuni dengan lembut lalu kudekap dari belakang. Kusabuni pula kejantanannya dengan sabun, kuperhatikan bulu bulu kemaluanya belum begitu lebat Kulihat punya Yudi mulai mengeras, kusabuni dan kukocok perlahan punya Yudi.

Tampaknya Yudi sangat menikmati permainan ini, roman mukanya sangat manis sekali di saat terangsang seperti ini apalagi di iringi desahan desahan seksinya yang makin menambah panasnya suasana hatiku. Begitu pun tangan Yudi yang nggak mau diam saja, tangan nakalnya menyentil punyaku aku terkejut tapi hanya seat saja kemudian perlahan mengocok punyaku Kami sangat menikmati waktu yang berlalu detik demi detik saat itu rasanya aku dan Yudi tak mau saat saat seperti ini cepat berlalu. Sehingga pada saatnya, hampir secara bersamaan kami mencapai puncak dari hubungan antar lelaki ini, oh serasa kami melayang ke langit ke tujuh di mana kenikmatan berada.

Kudekap Yudi erat erat dan kucium keningnya sebagai tanda terima kasih dan sayang padanya. Sampai saat ini pun Yudi masih sering mengunjungiku untuk mengulangi permainan kami yang makin hari makin bertamabah variasinya.

*****

Jam 19.00

Adjie menghungi HP-ku untuk mengajak datang ke undangan ultah temannya di Jl. Kopo tadinya aku nggak mau namun berkat bujukannya akhir nya aku mau mengantarnya ke sana. Temannya Adjie bernama Ricky yang saat itu sedang merayakan ultahnya yang ke-20, wah si Ricky ini keren abis deh dengan jas yang di kenakannya wajahnya sangat menarik dengan lesung pipit dan belahan di dagunya yang sungguh mempesonaku saat itu sehingga tanpa sadar memandanginya tanpa berkedip.

Adjie memperkenalkanku padanya, aku makin tertarik padanya setelah tahu orangnya yang hangat dan ramah. Waktu terus berlalu untuk enjoy di iringi acara melantai dengan DJ dari kota kembang yang kebetulan masih saudaranya Ricky, sungguh merasa tersanjung saat Ricky datang padaku mengajaku turun ke lantai dansa, saat itu dia membisikan sesuatu, "Kamu mau nggak nemenin aku tidur ama Adjie?" justru itu yang aku harapkan tentu saja jawabanku "yes, yes, yes".

Acara ultah berlangsung hingga jam 21 malam kemudian kami ngobrol ke sana ke mari sambil beres beres ruangan. Karena lumayan letih, aku, Adjie, Ricky masuk ke kamar untuk istirahat, aku langsung terlelap saat itu. Di mimpiku aku merasakan sesuatu mengelitik di penisku, perlahan aku terjaga yang ternyata bukan mimpi, kulihat kepala Adjie naik turun di penisku juga kepala Ricky di sana menjilati buah pelirku, pengalaman yang baru kurasakan saat itu di mana penisku di kulum dan di saat yang sama buah pelir juga di jilati, oh sangat fantastis rasanya, aku melayang di laut kenikmatan, merintih rintih tak jelas dan kehilangan kontrol, goyangan pantatku menambah sensasi yang luar biasa saat itu lalu tak berapa lama kemudian mulai mengejang dan mengejang mengiringi luapan birahi yang meletupkan cairan kental putihku, oh.. oh.. oh.. nikmatnya dan crot.. crot.. crot.. lagi kualami.

Aku menungging sambil mengarahkan milik Ricky ke lubangku, dengan satu dorongan saja sudah tenggelam di lubangku karena punya Ricky tak begitu besar Dengan perlahan Ricky memompa lubangku, kemana Adjie? Ah dia sudah terengah engah di belakang Ricky, jadilah tiga lelaki menyatu dalam hubungan badan ini di mana Ricky menusuk lubangku dan Adjie menusuk lubang Ricky. Permainan ini berlansung lumayan agak lama sampai akhirnya Ricky merem melek mengeram menahan nikmatnya ejakulasi lalu kurasakan hangatnya cairan Ricky di anusku yang kemudian Adjiepun menyusul Ricky menuju puncak, aku kembali terengah engah kenikmatan saat Ricky mengocok ngocok punyaku. Sungguh kenikmatan yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata, dan akhirnya kami bertiga terkulai kecapean dan terlelap sampai siang.

Itulah pengalaman berkesan yang mana dalam satu hari aku bercinta dengan lima orang yang berbeda, kupikir pengalaman ini bukanlah sesuatu yang perlu dicontoh karena sekarang kusadari resiko tertular penyakit kelamin dan HIV sangat besar kemungkinannya kecuali kita bermain secara aman (safe sex) yaitu dengan memakai pelindung.